HIASAN WAYANG PADA ATAP RUMAH TRADISIONAL KUDUS DALAM KAJIAN MAKNA DAN SIMBOLIS
DOI:
https://doi.org/10.33153/bri.v7i2.1595Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mencari jawaban atas pertanyaan mengenai sejarah terbentuknya hiasan wayang pada atap rumah tradisional Kudus. Pertanyaan tersebut meliputi: apa yang dimaksud dengan hiasan wayang; mengapa diciptakan; kapan mulai diciptakan; siapa pemrakarsanya; dan bagai mana arah perkembangannya. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan simbol hiasan wayang pada atap rumah tradisional Kudus merupkan perpaduan antara kepercayaan agama Hindu dengan kepercyaan agama Islam. Faktor internal bahwa masyarakat pada umumnya mereka itu mengenal tokoh- tokoh dalam pewayangan dengan baik dan di antaranya kebanyakan menganggap bahwa Bima sebagai tokoh idola dan legendaris mereka. Faktor eksternal adanya perubahan bentuk pada wayang-wayang yang dilakukan oleh para ulama agar tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Di antara wayang hasil karya para ulama atau wali tersebut adalah wayang purwa dan wayang kancil. Wayang Purwa yang terbuat dari kulit kerbau itu ditransformasikan menjadi wayang kulit yang bercorak Islami. Para wali penyebar Islam di Jawa pun mengubah cerita wayang dengan menyisipkan ajaran-ajaran dan pesan moral yang sesuai dengan ajaran Islam. Salah satu contoh ajaran moral Islam yang terkandung dalam cerita wayang dapat kita jumpai pada tokoh Bima dalam lakon “Bima Suciâ€.
Ajaran moral Islam yang terkandung dalam lakon “Bima Suci†dibagi ke dalam empat tahapan, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.
Hiasan pada atap rumah tradisonal KuÂdus, merupakan hiasan tiga dimensi, dan sebenarnya merupakan wujud dari sebuah wuwung. Secara umum bentuk hiasan pada atap rumah tradisional Kudus, dapat dikategoriÂkan menjadi dua macam. Ragam hias pertama oleh masyarakat setempat sering disebut sebagai bentuk hiasan wayangan.dan kedua bentuk gelung wayang.
Â
Kata kunci : Ornamen, Wuwung
Â
Downloads
References
A. White,Leslie, 2001. The sciene
of Culture:A Study of Man and
civilization ( New York: Grove Press
, Inc., 1949) dalam Haryono, Timbul
Logam dan perdapan manusia
,Yogyakarta: Philosophy Press,
Chodjim, Achmad , Sunan Kalijaga:
Mistik dan Makrifat, Jakarta: P.T.
Ikrar Mandiriabadi, 2003.
Fiske,Jonh. Cultural Dan Communication Studies, Yogyakarta: Jala
Sutra. 2010
Gunadi, "Sekilas Tentang Tokoh
Bhima", dalam Berkala Arkeologi
VI. Yogyakarta: Balai Arkeologi.
Holt, Claire, “Mahabarata,†dalam,
Soedarsono. R.M. Melacak Jejak
Perkembanagan Seni Di Indonesia,
Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. 2000.
K, Nancy, Writing the past,
inscribing the future: history as
prophesy in colonial Java, Florida:
Duke University Press, 1995.
Kodiran, Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan,
T,Tempat. 1998.
Mangunsuwito, S.A, Kamus Lengkap Bahasa Jawa, Jawa-Jawa,
Jawa-Indonesia, Indonesia-Jawa
,Bandung: C.V.Yrama Widia. 2002.
Nurhadi, dan kawan-kawan. "Konsepsi dan Dinamika Perubahan
Arsitektur Tradisional Yogyakarta,
Makalah Pada Sarasehan Arsitektur
Tradisional Yogyakarta. Yogyakarta,
Pebruari 1991.
Siswoharsoyo, Tafsir Kitab Dewa
Ruci. Yogyakarta: Pt. Jaker. 1966.
Sukarto, K. Atmodjo, "Tokoh Bhima
Dalam Arkeologi Klasik", Makalah
Tanggapan, Ceramah Sumarti
Suprayitno Pada Ceramah di
Javanologi. Yogyakarta: Lembaga
Javanologi. 1986.
Wibowo, H.J. Arsitektur Tradisional
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1986.
Susanto, S.J. Budi. Penyam(b)
un(g) Suara Lidah Rakyat ,Yogyakarta: kanisius. 2008.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2016 A., Afrizal

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Author continues to retain the copyright if the article is published in this journal. The publisher will only need publishing rights