BATU NISAN ITU BERNAMA “IDENTITAS” Problem “Refleksivitas” dalam Pemikiran filsafat “Post-Modernisme” terhadap masyarakat multikultural

Main Article Content

D., Dharsono

Abstract

Post-Modern merupakan fenomena baru yang berkembang di dunia belahan barat. Sekelompok filosuf Perancis yang terlibat dalam upaya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran, makna dan subyektivitas: Foucault, Derrida, lyotard, Lacan dan Deleuze. Kaum Post-Strukturalis dan akhir-akhir ini sering disebut sebagai pemikir post-modernis mengajukan gugatan dan menentang pandangan dunia universal yang menyeluruh, tunggal dan mencakup; baik yang bercorak politik, religius maupun sosial seperti marxisme, kristianitas, kapitalisme, demokrasi liberal, humanisme, islam, fiminisme dan sains modern.Kaum post-modern juga mempertanyakan gagasan tentang kemajuan (progress) serta keunggulan masa kini atas masa lampau. Mereka tidak mengakui adanya batas yang tegas antara ilmu alam, humaniora, ilmu sosial, seni dan sastra, antara budaya dan kehidupan, fiksi dan teori, citra dan realitas. Mereka juga menolak gaya ‘discourse’ akademis yang konvensional (pemikiran modern). Penilaian yang negatif ini berasal dari kesalahan memposisikan pemikiran tradisi filsafat Barat secara umum. Pertama, pemikiran pukul-rata dan dimasukan ke dalam satu kotak dengan sesuatu yang jamak disebut “post-modernismeâ€. Kedua yaitu Dengan menyamaratakan dekonstruksi dengan post-modernisme, orang-orang cenderung memberikan label nihilis, relativis dan anarkis terhadap dekonstruksi. Ruang Fleksibilitas: mediasi musikal dalam konsep post-modernitas merupakan ruang inter-refleksitas terhadap masyarakat multikultur. Apabila di dalam konsep modern dalam mediasi kesenian  terikat oleh konvensi-konvensi yang beku maka di dalam pemikiran pos-modern secara konsepsi kembali ke konteknya walau dalam situasi yang berbeda oleh pranata sosial masyarakat Kunci: modern, dekontruksi, post-modern, ruang fleksibelitas

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

References

Kulterman, Udo (1971), Art-Event

and Happening, Manthews

Miller Dunbar, London

Davis, Douglas (1977), Artculture,

Essays on the post modern,

Harper & Row, New York

Hood, Mantle, 1958. Javanese Gamelan in The World of Music;

Yogyakarta. Kedaulat an

Rakyat.

Daniel Bell (1973). The Comming

of Post-Industrial Sosiety.

Yustiono (1994), “Seni Rupa

Kontemporer Indonesia dan

Gelombang Post-Modernismâ€

Makalah Diskusi, Bandung:

Institut Teknologie Bandung

Koentjaraningrat, (1980), Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru.

Kramer, Hilton (1974) The Age of

Avant Garde, Secker &

Warbung, London

Rosenberf, Harolld (, 1966). The

Anxious Obyect, Coliers Book

Rodolphe Gasché, The Tain of the

Mirror: Derrida and the

Philosophy of Reflection

(Cambridge: Harvard

Lih. Vincent Descombes,

,Modern French

Philosophy (Cambridge:

Cambridge University

Press).

Martin Suryajaya 2007, “Derrida

dan Metafisika

Kebenaran:Sekilas Pandang Proyek Umum

Dekonstruksi†Jakarta

Jacques Derrida, 1978, Freud and

the Scene of Writing dalam

Writing and Difference

(Chicago: The University of

Chicago Press), University

Press), 1986.

Wheeler, Fleming (1980.), Art Since

Mid Century, The

Vendeme Press, New

York.