Potensi Kertas Daulang Sebagai Cendera Mata Khas Indonesia: Perbandingan dengan Papyrus
DOI:
https://doi.org/10.33153/brikolase.v13i1.3427Keywords:
kertas daluang, cendera mata, warisan budaya tak bendaAbstract
Jurnal ini memaparkan bagaimana potensi kertas daulang sebagai cendera mata khas Indonesia. Sebagai warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO, kertas daluang tentu bisa memaksimalkan potensinya. Sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena tantangan yang menghadapinya. Dari segi pembuatan misalnya, kertas daulang harus melewati proses yang rumit dan memakan waktu lama. Hal ini membuat kertas daulang sulit bersaing dengan kertas jenis lainnya. Kegunaannya yang terbatas pun membuat kertas daulang tidak banyak diturunkan menjadi barang atau seni kriya lainnya. Sebagai cara untuk tetap bertahan, produksi daluang tetap dipertahankan secara tradisional melalui industri rumahan, termasuk dengan pembibitan pohon saeh sebagai bahan utama dan satu-satunya kertas daluang. Tentu hal ini berbeda dengan kertas papyrus dari Mesir yang sudah terlebih dahulu memaksimalkan potensinya. Kertas papyrus sendiri dikenal sebagai kertas asli Mesir dan seringkali menjadi cendera mata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Mesir. Dalam jurnal ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan dukungan dari kajian literatur dan wawancara pengrajin kertas daluang. Hasil penelitian ini adalah potensi kertas daluang yang kurang dimaksimalkan sehingga tidak bisa menyamai kertas papyrus. Selain ancaman yang ada, potensi kertas daluang tidak bisa dimaksimalkan seperti apa yang dilakukan mesir pada kertas papyrus.Downloads
References
Ardianto, E. (2010). Metode penelitian untuk public relations kuantitatif dan kualitatif. Simbiosa Rekatama.
Arsyad, L. (2012). Ekonomi Industri. Gadjah Mada University Press, 66, 37–39.
Elkasrawy, S. (2020). Creative Cultural Tourism in Egypt: Case Study of Papyrus and Pottery. In International Journal of Heritage, Tourism and Hospitality (Issue 14).
Gaudet, J. (2019). Papyrus and the Pharaoh’s Treasure. Near Eastern Archaeology, 82(4), 248–255. https://doi.org/10.1086/704258
Guillot, C. (1983). Le dluwang ou « papier javanais ». Archipel, Volume 26, 1983. https://doi.org/10.3406/arch.1983.1848
Maulani, A. (2018). Manuskrip dan Jawaban atas Tantangan di Era Milenial. Manuskripta; Vol 8 No 2 (2018): Manuskripta. https://doi.org/10.33656/manuskripta.v8i2.122
Permadi, T. (2012). Metode Diplomatik dalam Mengidentifikasi Kandungan Isi Naskah Gulungan Berbahan Daluang Koleksi Candi Cangkuang. Panggung, 22(4). https://doi.org/10.26742/panggung.v22i4.66
Radwan, W. R. M. I., & Jones, E. (2015). Improving souvenir sales in tourism: a case study of Khan El-Khalili Market. International Academic Journal of the Faculty of Tourism and Hotel Management Helwan University, 15(1), 201–222.
Robinet, J., Mahadevan, P., & Anita, T. A. (2016). The Green Souvenir Industry of Kerala – A Comprehensive Analysis. Atna - Journal of Tourism Studies, 11(1), 47–57. https://doi.org/10.12727/ajts.15.4
Roemer, C. (2008). The Papyrus Roll in Egypt, Greece, and Rome. A Companion to the History of the Book, 84–94. https://doi.org/10.1002/9780470690949.ch6
Downloads
Published
Issue
Section
License
Author continues to retain the copyright if the article is published in this journal. The publisher will only need publishing rights