GAGASAN ALUSAN DALAM PENCIPTAAN KERAJINAN EMBAN DI KABUPATEN JEPARA
DOI:
https://doi.org/10.33153/ornamen.v15i1.2473Abstract
ABSTRAK
Subtansi tulisan ini membahas gagasan alusan dalam produk kerajinan emban di kabupaten Jepara. Predikat alusan digunakan oleh para perajin dalam menjustifikasi kualitas produk emban yang prima atau “sempurnaâ€. Hadirnya alusan sebagai fenomena artistik, mengisyaratkan adanya persoalan gagasan yang mendorong penciptaannya. Sehubungan dengan persoalan itu, digunakan konsep ‘kesadaran kolektif’ dalam paradigma Ethnoart guna menggali kesadaran atau cara pandang para perajin emban perihal penciptaan emban alusan. Adapun operasionalnya memanfaatkan metode etnografi ala James Spardley, yang berfokus pada observasi dan teknik wawancara dengan para narasumber. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui terdapat tiga aspek yang membentuk cara pandang perajin emban di Jepara, yaitu: aspek ketersediaan bahan, aspek ketrampilan, dan aspek perwujudan emban. Analisis terhadap ketiga aspek ini menunjukan bahwa terdapat tiga gagasan yang melatarbelakangi perajin menciptakan emban secara alusan, yakni: gagasan pemberdayaan bidang keahlian, gagasan memenuhi kepuasan konsumen, dan gagasan kepentingan komersial.
Kata kunci : Gagasan, Alusan, Kerajinan Emban, Cincin
ABSTRACT
Substance this writing is an idea alusan, in emban crafts of Jepara Regency. Term alusan was used by craftsmen in order to justify super fine and perfect product quality. The existence alusan as artistic phenomena, signs there is an idea problem that supporting creation. Regarding this, the using concept “collective awareness†in ethnoart paradigm to dig awareness or perspective of craftsmen about emban alusan creation. The operational utilizes ethnography method by James Spardley, which focuses on observation and technical interview to interviewees. Based on research that has done, it is known that there are three aspects shape perspective emban’s artist in Jepara. There are availability of material, skill, and emban’s embodiment. Analysis toward three aspects shown that there are three ideas behinds craftsmen creates emban by alusan. There are idea empowerment expertise’s, the idea meets customer satisfaction, and commercial interest.
Key words : Idea, Alusan, Emban Craft, Ring
Downloads
References
Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2003. “Ethnoart Fenomenologi Seni untuk Indiginasi Seni†dalam Jurnal Dewaruci Vol. 1, No. 3, April 2003: 343-367. Surakarta: STSI Press.
. 2005. “Ethnoart Fenomenologi Seni untuk Indiginasi Seni,†dalam Waridi dan Bambang Murtiyoso (editor). Seni Pertunjukan Indonesia: Menimbang Pendekatan Emik Nusantara. Surakarta: STSI Press.
Geertz, Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Terj. Aswab Mahasin. Jakarta: Djaya Pirusa.
Guntur. 2005. Keramik Kasongan: Konteks Sosial dan Kultur Perubahan. Yogyakarta: Bina Citra Pustaka.
Gustami, SP. “Seni Kriya Indonesia: Dilema Pembinaan dan Pengembangannya†dalam Seni: Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni No.1/03 Oktober 1991. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
_______. 2007. Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.
Hauser, Arnold. 1974. Sociology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott. Chicago and London: The University of Chicago Press.
Moeliono, M. Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Setyati, Dwi. 1986. “Analisis Kadar Nikel dan Tembaga dalam Logam Monel Perdagangan†dalam Laporan Penelitian. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Spardley, P. James. 1997. Metode Etnografi. Terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara wacana.
Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.
Prawiroatmodjo, S. 1993. Bausastra Jawa – Indonesia jilid II edisi ke 2. Jakarta: Haji Masagung.
Van Niel, Robert. 1984. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka Java.
Waridi dan Bambang Murtiyoso (editor). 2005. Seni Pertunjukan Indonesia: Menimbang Pendekatan Emik Nusantara. Surakarta: STSI Press.
Widihantoro, Didik. 2006. “Keberadaan Seni Kerajinan Monel Di Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jeparaâ€. Skripsi. Surakarta: Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta.
Zoetmulder, P.J. dan S.O Robson. 1995. Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Terj. Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta: Gramedia.
Narasumber:
Imtihan (72 tahun), perajin senior emban alusan di desa Kriyan.
Rochim (72 tahun) Pimpinan Seni Sakti Monel Grup, di desa Kriyan.
Abdul Choliq (72 Tahun), Pimpinan Adhesi Monel, di desa Krasak.
Abu Bakar (61 tahun), perajin emban di desa Robayan.
Soleh (55 tahun), perajin senior emban alusan di desa BanyuPutih.
Ali (55 tahun), perajin emban alusan di desa Robayan.
Rohmad (54 tahun), pengusaha emban di desa Kriyan.
Mulyono (50 tahun), perajin emban alusan di desa BanyuPutih.
Wafi (23 tahun), generasi perajin emban alusan di desa BanyuPutih.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright Notice
Authors who publish with Ornamen agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.