Visualisasi Wayang Beber Pacitan dalam mendukung dialog tokoh
Abstract
Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak budaya dan artefak peninggalan nenek moyang salah satu yang mendunia adalah Wayang, Wayang di Indonesia sangat banyak jenisnya seperti, Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Wong, Wayang Beber, Wayang Klithik, Wayang Kancil, Wayang Gedhog, Wayang Madya, Wayang Krucil, dan lain-lain. Di antara nama-nama jenis wayang di atas terdapat jenis wayang yang mempunyai ciri visual khusus dan cara pementasan yang berbeda pula, yaitu Wayang Beber. Wayang Beber Wayang beber terdiri dari dua gaya yaitu gaya Pacitan dan gaya Wonosari. Penelitian ini ditujukan pada Wayang Beber Pacitan yang mempunyai bentuk Visual yang unik dan menarik pada bidang seni rupa. Secara estetik. Wayang Beber juga mempunyai cara yang berbeda dari segi pementasanya yaitu dibeber atau dibentangkan dan dalang berdialog untuk menceritakan sebuah narasi cerita. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan mengunakan teori estetik. Perkiraan hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru mengenai visual Wayang Beber yang mendukung sebuah dialog pada pertunjukan Wayang Beber.
Kata Kunci : Wayang Beber, Visual, Tokoh
Abstract
Indonesia is a country that has many cultures and artifacts of ancestral heritage, one of which is worldwide Puppet, Puppets in Indonesia are of many types such as, Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Wong, Wayang Beber, Puppet Klithik, Wayang Kancil, Wayang Gedhog, Wayang Madya, Puppet Krucil, and others. Among the names of the types of wayang above, there is a type of wayang that has special visual characteristics and a different way of staging, namely Wayang Beber. Wayang Beber Wayang Beber consists of two styles, namely the Pacitan style and the Wonosari style. This research is aimed at Wayang Beber Pacitan which has a unique and interesting visual form in the field of art. Aesthetically. Wayang Beber also has a different way in terms of staging, which is exposed or unfolded and the puppeteer has a dialogue to tell a narrative story. The method used is descriptive qualitative research method using aesthetic theory. Estimated results This research is expected to be able to provide new insights about the visuals of Wayang Beber that support a dialogue in the Wayang Beber show.
Keywords: Wayang Beber, Visual, Character
Keywords
References
Dharsono. (2007). Estetika. Bandung.
Salim. (2012). Warna Sunggingan dan komposisi Wayang Beber Pacitan. Akademi Seni dan Desain Indonesia Surakarta Press , Vol 1. Hal. 18.
muhamad nur, N. A. (April 2018). perkembangan pertunjukan wayang beber kontemporer di era modernisasi. jurnal bahasa rupa, Vol.1 No 2.
Sri , M. (1989). Wayang, asal usul dan filsafat. jakarta: PT Karya Unipress.
Sugiyono. (2015). metodologi penelitian kualitatif. jakarta: Alfabeta
Suharyono, B. (1985). Wayang Beber Mangkunegaran . Surakarta: ASRI.
DOI: https://doi.org/10.33153/ornamen.v18i1.3696
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 Ayu Dea Irgi Ramadhani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Ornamen
ISSN 1693-7724 (print) | 2685-614X (online)
indexed by: