“WIRASMARA” DALAM FORMAT SAJIAN TEATER TRADISI KARYA BARU LANGEN CATUR SWARA

Authors

  • Achmad Dipoyono Institut Seni Indonesia Surakarta

Abstract

Masyarakat selalu memiliki cita rasa dalam menikmati suatu sajian pertunjukan seni. Begitu pula dalam menikmati sajian pertunjukan karya baru. Dalam menghadapi perubahan masyarakat memang diperlukan upaya-upaya kultural, karena kemungkinan besar akan diketemukan bentuk-bentuk kebudayaan baru, yang memberi makna bagi kehidupan masyarakat. Sartono Kartodirdjo (1997: 4-6). Terinspirasi dari bentuk tari Srimpi tersebut yang didalamnya ternyata sangat kompleks, dari multi casting sampai para penari juga bisa bermain simbol ini menginspirasi pengkarya untuk membuat format bentuk teater tradisi. Langen Catur Swara merupakan sajian teater tradisi karya baru yang dibalut dengan gerak dan vokal. Dengan metode kualitatif berdasarkan ranah etnografinya maka karya ini dibuat dengan tujuan memberikan warna baru dengan sajian minimalis cukup 4 orang saja. Selain lebih hemat dana produksi, karya ini juga memberikan keleluasaan para tokoh untuk multi casting dan multi tafsir.

References

Goeffry Leech. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Universitas Indonesia.

I Dewa Putu Wijaya. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. AND Yogyakarta.

Iswantara, Nur, 1997. Ketoprak dan Teater Modern Kita. dalam Lephen Purwa Raharja, ed. Ketoprak Orde Baru, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya)

Kartidirdjo Sartono, 1997. Tertawa, Kesepian dan keterasingan: Sosiodrama dalam Pembangunan dalam Lephen Purwa Raharja, ed., Ketoprak Orde Baru (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya)

Kasim Achmad, 1981. Teater Rakyat di Indonesia. dalam Analisis Kebudayaan No 2 Th. I (Jakarta: Depdikbud)

Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Lombard, Denys. 2000.. Nusa Jawa :Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris Jilid 3.Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

Lono Simatupang. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya, Yogyakarta: Jalasutra,2013. hlm. 160.

Marsidah, 1986-1987. Tata Rias, Tata Pakaian, dan Tata Teknik Ketoprak., dalam Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud DIY, Tuntunan Seni Ketoprak, (Yogyakarta: Depdikbud)

M. C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. PT Serambi Ilmu Semesta Jakarta. Terj. Satrio Wahono dkk.

M. Ricklefs. 1974. Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi 1749-1792. Ahistory of the Division of Java. London Oxford University Press.

Muchlis PaEni (ed.) , 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia : Bahasa, Sastra, dan Aksara.Jakarta : Rajawali Pers.

Nusantara, Bondan, 1997, .Format Garapan dan Problematika Ketoprak, dalam Lephen Purwa Raharja, ed., Ketoprak Orde Baru (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya)

Poedjosoedarmo, Soepomo dkk. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Pusat Penerbitan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Sastrosiswojo, Sismadi, 1920, .Persatoean Hindia. 19 Juni 1920. Sudyarsana, Handung Kus, 1989, Ketoprak, (Yogyakarta: Kanisius)

Sugimin, 2011. Macapat ((Perkembangan dan Kontribusinya dalam Karawitan Jawa). Blok isi-ska.ac.id.

Supendi, Eko. 2007. “Wayang Orang Sebagai Pertunjukan Teater Tradisional Dalam Tinjauan Semiotika (Sebuah Tinjauan Awal)”. Jurnal Seni Budaya Gelar. 5 (1) Juli 2007 : 54-72.

Triwikromo, Triyanto. 2015. Dari Gunung Menggerakkan Renaisans Jawa. Suara Merdeka. Semarang 21 Desember. Hlm 1 -2

Waridi. 2002. Potensi, Sifat, Serta Kondisi Musik Nusantara, dan Pendekatan Dalam Kekaryaan Karawitan. Surakarta: STSI.

Widayat, 1997, .Ketoprak, Kreativitas, dan Teknologi. dalam Lephen Purwa Raharja, ed., Ketoprak Orde Baru (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya)

Narasumber:

Widayat (76 Tahun), Seniman Kethoprak,

Yogyakarta

Downloads

Published

2022-03-28

Issue

Section

Articles