PERTUNJUKAN REJUNG DALAM PERSPEKTIF PESAN MORAL

Main Article Content

Silo Siswanto

Abstract

Rejung merupakan seni pertunjukan rakyat musik, teksnya berbentuk pantun yang disenandungkan bersama dengan permainan gitar, piol berbentuk seperti biola dan dambus. Munculnya rejung bermula dari kesenian ta’dut dan sardudun. Tulisan ini bertujuan: (1) Menjelaskan bentuk rejung sebagai penyampai pesan moral; (2) Menjelaskan sumber pesan moral dalam pertunjukan rejung; (3) Menjelaskan pemahaman masyarakat terhadap pesan moral dalam pertunjukan rejung. Tersampaikannya pesan moral sangat dipengaruhi oleh lima hal, yakni: (1) diketahuinya sumber dan isi pesan; (2) internalisasi pemahaman; (3) budaya masyarakat penerima pesan moral serta di mana pertunjukan rejung dipentaskan; (4) cara pesan moral digarap secara musikal; (5) sajian pertunjukan rejung dipresentasikan. Apabila seluruh lapisan tersebut diimplementasikan secara bertahap dan konsisten, maka pesan moral dapat tersampaikan kepada masyarakat penonton ataupendengar dengan baik. Analisis pada tulisan ini dilakukan secara deskriptif analisis. Proses analisis ditekankan pada konsep ‘pesan moral’. Penekanan tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi jenispesan moralnya. Setelah diketahui jenis pesan moral, selanjutnya menghubungkan pesan tersebut dengan realitas pertunjukan rejung dan realitas budaya masyarakat pendukungnya. Tulisan ini menyimpulkan (1)pengemasan pesan tidaklah bersifat tunggal, yakni yang hanya mengandalkan makna sajian pantun yang melekat pada lagu, melainkan juga memanfaatkan sajian musik hingga akhirnya pesan tersebut tersajikansecara estetis; (2) pesan moral dalam rejung adalah proses transmisi atau penerusan nilai-nilai berharga dalam hidup yang bersumber pada adat istiadat dan hukum agama; (3) pemahaman masyarakat terhadappertunjukan rejung tidak terlepas dari cara mereka memandang rejung dan memanfaatkannya.Kata kunci: rejung, pesan moral, adat istiadat, agama.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

References

Danandjaja, James. 1987. “Manfaat Media

Tradisional untuk Pembangunanâ€, dalam Nat

J. Colletta, dan Umar Kayam, Kebudayaan dan

Pembangunan, Sebuah Pendekatan Terhadap

Antropologi Terapan di Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia. Hal 229 – 239.

Fay, Brian. 1998. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer.

Yogyakarta: Jendela.

Frondizi, 2007. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Haque, Israrul. 2003. Menuju Renaisance Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harsya W. Bachtiar. 1985. “Konsensus dan Konflik

dalam Sistem Budaya di Indonesiaâ€, dalam

Bachtiar, Mattulada, Soebadio, Budaya dan

Manusia Indonesia. Malang: Hanindita. Hal 1 –

Langer, Suzane K. 1988. Problemantika Seni. Terj. Fx.

Widaryanto. Bandung: ASTI.

M. Jazuli. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni.

Semarang: Unesa Press.

Muchtar Lubis. 1986. Manusia Indonesia, Sebuah

Pertanggungjawaban. Jakarta: Inti Indayu Press.

Soegarda Poerbakawatja. 1976. Ensiklopedi

Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Soekandar Wiriaatmadja. 1978. Pokok-Pokok Sosiologi

Pedesaan. Jakarta: Yasaguna.

Wibowo, Fred. 2007. Kebudayaan Menggugat.

Yogyakarta: Pinus Book Publisher.