Melongok klenengan di Radio Republik Indonesia Surakarta

Main Article Content

T. Slamet Suparno

Abstract

Tulisan berjudul “Melongok Klenengan di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta” ini didasarkan atas pengamatan terhadap kelompok-kelompok karawitan yang melaksanakan klenengan di RRI Surakarta pada pertengahan tahun 2015 selama 6 (enam) bulan. Pendekatan dilakukan secara sosiologis perspektif Hauser dengan metode kualitatif. Pertanyaan yang dirumuskan adalah kelompok karawitan mana saja yang melaksanakan klenengan, bentuk gending seperti apa dengan repetoar apa saja yang menjadi bahan klenengan, dan kecenderungan seperti apa kelompok karawitan melaksanakan klenengan di RRI Surakarta. Hasil yang dicapai yakni dapat dinyatakan bahwa para kelompok karawitan di wilayah Solo Raya cenderung mengikuti selera pasar yang menghibur, ramai, dan gobyok yang merupakan sifat gending-gending populer. Namun demikian, sejumlah lembaga “kebudayaan” yakni HMJ ISI Surakarta, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan RRI Surakarta, masih merawat gending-gending klasik, meskipun ada kecenderungan ke arah populer.Kata kunci: klenengan, klasik, populerABSTRACTThe article entitled “An Investigation of Klenengan at Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta” is based on an observation of the karawitan groups which performed klenengan at RRI Surakarta over a period of six months around the middle of 2015. A sociological approach with Hauser’s perspective is used, together with a qualitative method. The questions formulated for the study are: which karawitan groups played klenengan, which forms of gending and what repertoire were used as the klenengan material, and what were the tendencies of the karawitan groups that performed klenengan at RRI Surakarta. The results show that the karawitan groups from the Solo area which performed klenengan at RRI Surakarta were inclined to follow market preference by performing popular gending with an entertaining, lively, and vibrant character. Nevertheless, a number of “cultural” institutions, such as HMJ ISI Surakarta, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, and RRI Surakarta, still chose to play classical gending, although there was a tendency towards those of a popular nature.Keywords: klenengan, classical, popular.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

References

Boskoff, Alvin, “Recent Theories of Social Change”, dalam Werner J. Cahnman dan Alvin Boskoff, Sociology and History: Theory and Research. London: The Free Press of Glencoe, 1964.

Denzin, Norman K. and (ed.), 2011. The Sage Handbook of Qualitative Research. Vol 1 & 2. Terj. Dariyatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Hauser, Arnold, The Sociology of Art. Trans. Kenneth J. Northcott. Chicago and London: The University of Chicago, 1974.

Martapangrawit, Pengetahuan Karawitan IA dan IB. Terj. DEMA ASKI Surakarta. Surakarta: DEMA ASKI Surakarta bekerjasama dengan Pusat Kesenian Jawa Tengah, 1972.

Prajapangrawit, Wedhapradangga. Surakarta: STSI Surakarta bekerja sama dengan The Ford Foundation, 1990.

Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: Program Pasca-sarjana bekerja sama dengan ISI Surakarta, 2009.

Rustopo, Perkembangan Gending-Gending Gaya Surakarta 1950-2000-an. Surakarta: ISI Press, 2014.

Serat Babad Panambangan II. Reksa Pustaka, Surakarta. MS B-15.

Waridi, Karawitan Jawa Masa Pemerintahan Paku Buwana X: : Perspektif Historis dan Teoritis. Surakarta: ISI Press, 2006.

Waridi [ed.], Kehidupan Karawitan Pada Masa Pemerintahan Paku Buwana X, Mangkunagara IV, dan Informasi Oral. Surakarta: ISI Press, 2007.

Waridi, Gagasan & Kekaryaan Tiga Empu Karawitan: Pilar Kehidupan Karawitan Jawa Gaya Surakarta 1950-1970-an Ki Martapangrawit, Ki Tjakrawasita, Ki Nartasabda. Bandung: Etnoteater Publisher, 2008.