PAMOR KAWALI DALAM MASYARAKAT BUGIS
Main Article Content
Abstract
Artikel ini adalah hasil penelitian tentang senjata tradisional masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, yaitu senjata berupa kawali. Kawali merupakan warisan kebudayaan fisik dan juga merupakan produk kesenian berupa senjata tikam jarak pendek dengan bilah yang hanya memiliki satu sisi tajam dan ujung yang runcing. Kawali secara utuh memiliki tiga elemen pokok yaitu bilah, wanoa dan pangulu. Masing-masing elemen tersebut memiliki bentuk dan makna tersendiri. Bilah merupakan elemen paling pokok karena di dalamnya terdapat
motif pamor yang mengadung pesan atau makna simbolik yang dijadikan pedoman masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat Bugis. Oleh karena itu, ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis bentuk dan makna simbolik motif pamor pada kawali yaitu konteks estetika atau penyajian yang mencakup bentuk dan gaya, kedua adalah konteks makna (meaning) yang mencakup pesan dan kaitan dengan simbol-simbolnya (simbolic value). Penelusuran bentuk dan makna motif pamor melalui interpretasi analsis dengan pendekatan Estetika Nusantara dan penjelasan emik dalam kebudayaan, sehingga diketahui bahwa eksistensi pamor kawali adalah selain sebagai motif penghias bilah juga sebagai pesan yang menggambarkan kehidupan yang ideal dalam masyarakat Bugis.
Kata kunci: kawali, pamor, Bugis, idealisme, simbol.
This article tells the research finding about traditional guns in Bugis, South Sulawesi, called Kawali. Kawali represents a physical cultural heritage as well as an art product showing a short tikam gun with a bilah of one side sharp and sharp tip. Kawali, totally, has three elements covering bilah, wanoa, and pangulu.Each element has its own form and meaning. The bilah represents a main element for there is a pamor (prestige) motive inside containing message or symbolic meaning made to be a guide for the supportingsociety called Bugis.
For the reason, there are two aspects of arts need to be discussed in analyzing the form and symbolic meaning of pamor motive of Kawali including,firstly, aesthetic context or the presentation covering the form and style; secondly, the context of meaning including message and its relationship with the symbols (symbolic value). The form and meaning of pamor motives is traced by analysis interpretation with Estetika Nusantara approach and emic description in culture. The result shows that the existence of Kawali pamor represents the
accessories of bilah as well as the message telling about the ideal life of Bugis people.
Keywords: Kawali, pamor (prestige), Bugis, idealism, symbol.
Downloads
Article Details
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
Arif, Ahmad. Besi Luwu, Pasang Surut Metalurgi
Nusantara, dalam Hariadi Saptono (ed).
Keris dan Senjata Pusaka Bahari. Jakarta:
Bentara Budaya Jakarta, 2015, hlm. 31-50.
Dharsono, Estetika Nusantara. Surakarta: Institut Seni
Indonesia Surakarta, 2015.
Dray Vibrianto, “Kawali Tanah Bugis†dalam Ubbe,
Ahmad. Pamor dan LandasanSpiritual
Senjata Bugis.Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2011.
Ewa, Tenri. Pamor Senjata Pusaka Sulawesi Selatan
Dan Maknanyaâ€, Makassar: Penerbit
Buku.com, 2014.
Guntur. Studi Ornamen, sebuah pengantar, cetakan
I. Surakarta: STSI Press, 2004.
Hamid, Senjata Tradisional Sulawesi Selatan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
Hamzuri. Keris. Jakarta: Djambatan, 1988.
Harsrinuksmo, Ensiklopedi Keris. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 2011.
Haryoguritno, Haryono. Keris Jawa, Antara Mistik dan
Nalar. Jakarta: PT Indonesia Kebanggaanku,
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Aksara Baru, 1986.
Mattulada, Latoa: Suatu Lukisan Analisis Terhadap
Antropologi Politik Orang Bugis. Makassar:
Hasanuddin University Press, 1995.
Mattulada,Sejarah, Masyarakat dan Kebudayaan
Sulawesi Selatan. Makasar: Hasanuddin
University Press, 1998.
Pabittei, Badik Sulawesi Selatan.Bagian Proyek
Pembinaan Permuseuman Sulawesi
Selatan, 1994.
Palloge, Sejarah Kerajaan Tanah Bone. Makassar:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi
Selatan. 1990.
Pelras, Christian.Manusia Bugis. Terj. Abdul Rahman
Abu, Hasriadi dan Nurhady Simorok.Forum
Jakarta-Paris, Ecole Francais D’extremeOrient. Jakarta: Nalar, 2006.
Rustan. “Kawali, Identitas Laki-Laki Bugis†Skripsi S1
Karya Film Dokumenter, Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin, 2013.
Sumardjo, Jakob. Estetika Paradoks. Bandung:
Sunan Ambu, 2006.
Ubbe, Ahmad, Andi M. Irwan Zulfikar dan Dray
Febriyanto Senewe. Pamor dan
LandasanSpiritual Senjata Bugis.Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Zazuli, Achmad. Pamor Eksotik Tosan Aji. Solo: CV.
Aneka, 2004.
Narasumber.
A Kahar Wahid, (77). Akademisi Universitas Negeri
Makassar Dan Budayawan Sulawesi
Selatan. Jl. Pendidikan,Perdos UNM,
wawancara 15 Maret 2015.
Andi Ardiman (38). Sekretaris Lamakkawa (Organisasi
Pemerhati Pusaka Kabupaten Bone.
Jl.Merdeka Watampone, wawancara, 29 Mei
Andi Basri,(60). Kolektor Kawali. Jl. Pisang Baru
Watampone, Kabupaten Bone, wawancara
Agustus 2015.
Andi Singke, (46). Kolektor Dan Pengamat Badik.
Bumi Tamalanrea Permai, Makassar,
wawancara 31 Juli 2015.
Andi Tenri Polojiwa,(41). Panre dan Pemerhati Pusaka.
Perbatasan Kecamatan Cina, Bone Selatan,
wawancara 1 Agustus 2015.
Dian Cahyadi, (48). Dosen DKV FSD UNM. Perumahan
Bumi Tamalanrea Permai, Makassar,
wawancara 28 Juli 2015.
Pangeran, (45). Akademisi Seni Rupa UNM. Jl. Traktor
, Mamoa-Makassar, wawancara 17 Juli