WAYANG GOLEK MENAK SENTOLO
Main Article Content
Abstract
Asal usul dan perkembangan Wayang Golek Menak Sentolo tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun sebagian masyarakat di Kulon Progo khusunya di Sentolo selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang golek pada masanya. Wayang Golek Menak Sentolo tampil sebagai seni budaya tradisional dan
mencapai puncak budaya daerah. Tahun 1960 sampai dengan tahun 1975 mengalami kejayaan, kini terpinggirkan hingga menjadi pertunjukan wayang langka.
Kata kunci: Wayang Golek Menak, perkembangan.
The origins and the development of Wayang Golek Menak Sentolo is not noted accurately in history. However, some people in Kulon Progo especially Sentolo always remember and can feel the existence of wayang golek
in its period. Wayang Golek Menak Sentolo exists as an art of traditional culture and reaches the peak of local culture. It reaches the golden age in 1960 until 1975 and now, it is neglected that it becomes a rare wayang
performance.
Keywords: Wayang Golek Menak, its development.
Downloads
Article Details
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
Adler, Peter dan Patricia A. Adler. 1994. “Observational
Techniques†dalam Norman K. Denzin dan
Yvonna S. Lincoln (ed), Handbook of Qualitative Research, London-New Delhi: Sage
Publication.
Baal, J. van, 1988, Sejarah dan Pertumbuhan Teori
Peneliti Budaya (Hingga Dekade 1970). Jilid
Terjemahan J. Pery, Jakarta:Gramedia.
Brandon, James R. 2003. Jejak-jejak Seni
Pertunjukan Di Asia Tenggara, Bandung:
Pusat Karya dan Pengembangan
Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) Universitas Pendidikan Indonesia.
Danandjaja, James. 1990. Foklor Indonesia: Ilmu
Gosip, Teleboneka, dan Lain-lain, Jakarta:
Pustaka Utama Graffiti.
Darusuprapto dan Haryana Harjawiyana. 1987.
“Perwatakan Tokoh-tokoh Serat Menakâ€
dalam Sarasehan Perwatakan Tokoh-tokoh
Serat Menak-Wayang Golek Menak-Tari
Golek Menak (29-30 Desember 1987).
Jakarta: Yayasan Guntur Madu.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik
Karya Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi,
dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Gronendael, Maria Victoria Clara van. 1987. Dalang
di Balik Wayang, Jakarta: Pustaka Utama
Graffiti.
Hazue, G.A.J., dan Mangkoedimejo, R.M. 1979.
Kawruh Asalipun Ringgit Sarta
Gegepokanipun Kaliyan Agami ing Jaman
Kina, Terjemahan. Sumarsana, Alih Aksara.
Hardjana HP, Jakarta: Proyek Penerbitan
Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan
Daerah.
Kayam, Umar. 2001. Kelir Tanpa Batas, Yogyakarta:
Gama Media untuk Pusat Studi Kebudayaan
Universitas Gadjah Mada.
Lindsay, Jeniffer. 1991. Klasik, Kitsh, Kontemporer:
Studi Tentang Seni Pertunjukan Jawa,
Terjemahan Nin Bakdi Sumanto,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Long, Roger. 1982. Javanese Shadow Theatre: Movement and Characterization in Ngayogyakarta
Wayang Kulit. Michigan: UMI Research
Press.
Mawardi, Raditya. 1985. “Wayang Thengul Menakâ€
dalam Gatra No. 8 hal 38-39.
Murdiyati. Y. 1984. “Ki Widiprayitno Tokoh dan Dalang
Wayang Golek Gaya Yogyakarta†Proyek
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Tehnologi Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. ASTI; Yogyakarta
Murgiyanto, Sal. 1998. “Mengenai Kajian Pertunjukanâ€,
dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan,
Pudentia MPSS (ed), Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Yayasan ATL.
Mrázek, Jan (ed). 2003. Puppet Theatre in Contemporary Indonesia: New Approach to Performance Events. USA: University of Michigan.
Nurhayati, Dwi. 2007. “Dinamika Pertunjukan Wayang
Golek Menak di Kabupaten Kulon Progoâ€.
Skripsi pada Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Pigeaud,Th.g.Th. 1950. “The Romance of Amir Hamza
in Javaâ€, dalam Bingkisan Budi, Himpunan
karangan persembahan kepada Dr.
Philippus Samuel van Ronkel oleh para
kawan dan murid pada hari ulang tahunnya
ke-80, 1 Agustus 1950. Leiden: A.W
Sijthoff’s Uitgeversmaatschappij N.V.
Setiodarmoko, W. 1988. “Wayang Golek Kebumenâ€,
dalam Gatra, No. 17 Hal. 14-18.
Sriyono, Sisparjo. 1982. “Kehidupan Wayang Golek
Menak di Pulau Jawaâ€, dalam Kawit, No. IIIII:33 Hal. 32.
Soedarsono, RM. Soetarno, I Made Bandem, Atik
Supandi. tt. “Teater Boneka Tradisionalâ€,
dalam Indonesia Indah (Buku ke-5). Jakarta:
Yayasan Harapan Kita-BP3 Taman Mini Indonesia Indah.
Sumanto. 1990. “Nartosabdo Kehadirannya dalam
Dunia Pedalangan: Sebuah Biografiâ€, Tesis
pada Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan
Ilmu-ilmu Humaniora Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Narasumber:
Sukarno, 78 tahun, dalang wayang golek Menak gaya
Yogyakarta, tinggal di Sentolo, Kulon Progo,
Yogyakarta, 5 Desember 2012.
Suparman, 62 tahun, dalang wayang golek Menak
gaya Yogyakarta, tinggal di Sentolo, Kulon
Progo, Yogyakarta, 5 Desember 2012.