FILM FIKSI PENDEK “LELANA”

Main Article Content

Arie Surastio
Rahayu Supanggah

Abstract

Memandang tanpa dualitas merupakan kesadaran yang penting bagi suatu pikiran ketika ingin membebaskan diri dari permasalahan relatif, pandangan tanpa kemelekatan (detachment) dari tradisi filsafat timur ,Jalan
Tengah berfungsi utamanya untuk menyadari adanya ilusi. Film fiksi pendek Lelana mengungkapkan dan menghadapkan penonton pada dualitas-dualitas dari konstruksi pikiran subjek- objek, penonton dengandemikian
diharapkan memiliki pengalaman atau kesempatan untuk berada di antara permasalahan relatif, sebuah tahap penting dan menentukan karena adanya godaan yang dapat membuat seseorang melekat secara emosional
dan intelektual pada sesuatu. Tema tersebut kemudian dijangkarkan pada soal pertanian yang sekaligus telah menjadi latar budaya. Bangsa agraris yang sudah berabad-abad berkultivasi secara strategis ini seolah hanya
puas memiliki pandangan superior; bahwa petani pada basisnya membutuhkan bantuan karena terlihat pasif, kurang modal dan gagap teknologi. Inisiatif negara berupa pemberian pendampingan petani melalui pelibatan
militer (babinsa) sebagai penyuluh, merupakan salah satu hal yang rentan memposisikan petani selamanya menjadi objek pembangunan, lalu sebaliknya bahwa aparat sebagai penyuluh adalah subjek yang sah dan
berhak mengatur tanpa perlu sedikit pun mempersoalkan faktor-faktor penghambat eksternal. Dengan menggunakan pendekatan realisme-fantasi dan struktur naratif alternatif, film pendek Lelana mengajukan
perenungan yang tidak hanya membahas kontradiksi atau absurditas yang diproduksi oleh politik, melainkan juga disiplin dan pengembangan diri sebagai persoalan mendasar yang signifikan membentuk karakter. Dapat diibaratkan bahwa disiplin dan pengembangan diri merupakan pencarian pengetahuan dan wawasan sebagai hal yang paling hakiki, suatu pengelanaan yang dalam pengertian ini bukan beroperasi secara geografis melainkan terutamanya pemikiran dan perasaan.
Kata kunci: Film, Jalan Tengah, Pertanian, Fiksi, Alternatif.


Viewing without duality represents an important awareness in self releasing from relative problems, viewing without detachment from East philosophyâ€middle way†with the main function to realize illusion. The short fiction film Lelanareveals and brings the audience to the dualities of subject-object constructions so that they, supposedly, have experience or chance to face the relative problems. It is an important moment and determining for there is a temptation that can make someone emotionally and intellectuallyattached to something. The theme, then, is based onagricultural problems as the cultural background. This agrarian nation that has cultivated for centuries is as if satisfied of having superior view; that the farmer, basically, needs a help for they seem to be passive, lack of modal and technological ability. The government idea of giving guidance to the farmer through military involment (babinsa) as the instructor becomes one thing that is positioning the farmer
to be object of development. On the contrary, the military as the instructor becomes the legitimate subject and has the right to rule without dealing with the external troubles.By using realism-fantastic approach and narrative
alternative structure, the short film Lelanaprovidescontemplation that does not only discuss about contradiction or absurdity produced by politics but also discipline and self-building as a basic problem significantly build the character. It can be told that discipline and self-building represent the knowledge and insight learning as an essential case. It is not only a geographic journey but also dealing with ideas and feeling.
Keywords: film, jalan tengah, agriculture, fiction, alternative.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

References

Abrams, Nathan. 2001. Studying Flm (ed) Tim O

Sullivan. London: Arnold Publisher.

Agni Rahadiyanti, RM. 2009. Negara Minus Nurani,

esai-esai kritis kebijakan publik. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas.

Ali, Matius. 2011. Estetika, Sebuah Pengantar

Filsafat Keindahan. Jakarta: Sanggar

LUXOR.

Ali, Matius. 2013. Filsafat Timur, Sebuah Pengantar

Hinduisme dan Buddhisme. Jakarta:

Sanggar LUXOR.

Firmanzah. 2008. Marketing Politik, Antara

Pemahaman dan Realitas. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Gaut, Berys. 2010. A Philosophy of Cinematic

Art. New York: Cambridge University

Press.

Hayward, Susan. 2013. Cinema Studies, The Key

Concept. New York: Routledge.

Kilbourn, Russell J.A. 2010. Cinema, Memory,

Modernity: The Representation of Memory from the Art Film to Transnational Cinema.

New York: Routledge.

Levi-Strauss, C. 1979. Myth and Meaning. New York:

Schocken Books Press.

Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya

III, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Messaris, Paul dan Lee Humphreys. 2007. Digital

Media, Transformations in Human

Communication. New York: Peter Lang

Publishing.

Metz, Christian. 1984. The Imaginary Signifier, Psychoanalysis and the Cinema, Indianapolis:

Indiana University Press.

McKee, Robert. 1997. Story; Substance, Structure,

Style and the Principles of Screenwriting.

New York: HarperCollins Publisher.

Nelmes, Jill. 2012. Introduction to Film Studies. New

York: Routledge.

Noor, Firman. 2007. Kegagalan Partai Politik Menarik

Simpati Rakyat: Urgensi Sebuah

Paradigma Baru Partai Politik. Jakarta: LIPI

Press.

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hantu-Hantu Politik dan

Matinya Sosial. Solo: Tiga Serangkai.

Prakel, David. 2010. The Visual Dictionary of

Photography. Lausanne: AVA Publishing.

Stam, Robert. 2000. Film Theory An Introduction.

Oxford : Blackwell Publisher Inc.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu, Suatu Kajian Dalam

Dimensi Ontoligis, Epistemologis, dan

Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara

Suyono, R.P. 2007. Dunia Mistik Orang Jawa, Roh,

Ritual, Benda Magis. Yogyakarta: LKiS.

Setiawan, Bonnie. 2004. Globalisasi Pertanian,

Ancaman atas Kedaulatan Bangsa dan

Kesejahteraan Petani. Jakarta: Institute of

Global Justice.

Sumber Internet:

Kementerian Pertanian. 2013. “Rencana Kinerja

Tahunan (RKT) 2014". http://bit.ly/23IvvPV,

akses : 2 Januari 2015.

Sulaiman, Stefanno Reinard. 2015. “Mentan: Jangan

Tanya Lagi Kenapa Ada Babinsa!†http://

bit.ly/1QgPCR5 akses : 19 Mei 2015.

Sutisna, Nanang. 2015. “Ironis, 10 Tahun Lagi Tak

Ada Anak Muda Jadi Petani†http://bit.ly/

IP2UOX, akses : 18 Mei 2015.

Narasumber:

Dwi Sutrisno, 35 tahun, petani di desa Jajar,

kecamatan Barat, kabupaten Magetan,

JawaTimur.

Priyanto, 40 tahun, sersan kepala Koramil 07 Wedi,

Klaten, JawaTengah.