SULAPA EPPA PADA LIPA SABBE SENGKANG
DOI:
https://doi.org/10.33153/glr.v16i1.2339Abstract
ABSTRAK Lipa sabbe merupakan sebuah sarung yang terbuat dari benang sutra yang ditenun menggunakan alat walida dan bola-bola. Dalam masyarakat Bugis sarung telah menjadi bagian yang tidak pernah lepas dari kegiatan kehidupan sehari-hari, misalnya sarung tuk ibadah, memanjat pohon, mengusir nyamuk, menggendong anak, dan pakaian sehari-hari lain. Berbeda dengan lipa sabbe yang digunakan dalam kegiatan ritual khusus, juga memiliki motif yang mengandung sebuah makna. Kekhususan ini menjadi hal yang menarik bagi penulis untuk mengkaji lipa sabbe. Melihat bentuk dan motif-motif lipa sabbe yang cenderung segi empat kotak-kotak merupakan sebuah manifestasi dari wujud sulapa eppa. Hal ini merupakan bentuk upaya masyarakat untuk melakukan sebuah pemaknaan, agar lipa sabbe mampu bereksistensi dan tidak hilang dari peradaban. Kata kunci: Lipa’ Sabbe, Sulapa’ Eppa’, Sengkang.  ABSTRACT Lipa sabbe is a sarong made of silk thread which is woven using a tool of walida and balls. In Bugis society, the sarong has become a part that has never been separated from the activities of daily life. The sarong for prayer gloves, for climbing trees, for repelling mosquitoes, for carrying children, and other everyday clothes are different. Lipa sabbe which is used in special ritual activities also has a different motive that contains a meaning. This particularity becomes an interesting thing for the writer to study lipa sabbe. Seeing the shape and motifs of lipa sabbe which tend to be rectangular squares is a manifestation of the sulapa eppa form. This is a form of community efforts to make a meaning in order that lipa sabbe is always exist and not disappear from civilization. Keywords: Lipa ’Sabbe, Sulapa’ Eppa ’, Sengkang.Downloads
References
Abdullah, hamid. 1985. Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press.
Agus Sachari. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartiwa, Suwati. 1989. Tenun Ikat, Indonesian Ikats. Jakarta: Djambatan.
Mattulada. 1995. Latoa, Satu Lukisan Analitik Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis.
Ujung Pandang: Hasanuddin University Press.
Pelras, Christian. 2005. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar bekerja sama dengan Forum Jakarta Paris, EFEO.
Soedarso Sp. 2006. Trilogi Seni, Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seniâ€.
Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
Soeharto, Tien. 1995. Indonesia Indah Buku 3, Tenunan Indonesia. Jakarta: Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia.
Narasumber:
Saharuddin (52) Wirasasta, pemilik Galeri Sutra, Sempange. Sengkang.
Suryadin Laoddang (36) Penggiat Sastra Klasik Bugis, La Galigo. Yogyakarta.
Sudirman Sabbang (...) Kepala Bagian Dinas Pemuda
Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Wajo.
Sengkang.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.