TRANSFORMASI DEO KAYANGAN MENJADI TARI MAMBANG DEO-DEO KAYANGAN DI PEKANBARU
Main Article Content
Abstract
ABSTRAK
Deo Kayangan merupakan ritual pengobatan penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib. Ritual ini ada di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Ritual tersebut dipimpin oleh dukun Melayu bernama Tuk Damai. Tuk Damai diminta oleh masyarakat untuk menjadikan ritual tersebut sebagai hiburan dengan membuat imitasi Deo Kayangan yang diberi nama Badeo. Realitas tersebut memberikan kebebasan penafsiran baru oleh Wan Harun Ismail dengan mentransformasi menjadi suatu bentuk baru serta fungsi dan makna yang berbeda yaitu ditransformasi menjaditari Mambang Deo-Deo Kayangan sebagai ungkapan ekspresi. Fenomena ini kemudian menjadi sebuah topik pembicaraan yang hangat di Pekanbaru sejak tarian karya Wan Harun Ismail tersebut tampil di acara Parade Tari dan Pemilihan Bujang Dara Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut secara runut. Mulai dari bentuk asli ritual Deo Kayangan hingga menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sosok Wan Harun Ismail sebagai seniman yang melakukan transformasi Deo Kayangan menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan, serta menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap transformasi bentuk Deo Kayangan menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan.
Kata kunci: Ritual Deo Kayangan, transformasi, Tari Mambang Deo-Deo Kayangan.
ABSTRACT
Deo Kayangan is a ritual for the treatment of diseases caused by magical powers. This ritual is in the Village of Tebing Tinggi Okura, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru City, Riau Province. The ritual was led by a Malay shaman named Tuk Damai. Tuk Damai was asked by the community to make the ritual an entertainment by making a Deo Kayangan imitation named Badeo. The reality provides a free interpretation of Wan Harun Ismail by transforming it into a new form and different functions and meanings which are transformed into Mambang Deo-Deo Kayangan dance as his expression. This phenomenon later became a hot topic of conversation in Pekanbaru since the dance by Wan Harun Ismail appeared in the Dance Parade and the Election of Bujang Dara Kota Pekanbaru. This study aims to explain this phenomenon in a continuous manner. It starts from the original form of Deo Kayangan ritual up to the Mambang Deo-Deo Kayangan dance; knowing the factors that influence Wan Harun Ismail as an artist who transforms Deo Kayangan into Mambang Deo-Deo Kayangan dance and explains the community’s response to Deo Kayangan’s transformation into Mambang Deo-Deo Kayangan dance.
Keywords: Deo Kayangan Ritual, transformation, Mambang Deo-Deo Kayangan Dance.
Downloads
Article Details
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
KEPUSTAKAAN
Abraham, H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian (Teori Motovasi dengan Hirearki Kebutuhan Manusia). Pt PBP. Jakarta, 1994.
Alma M. Hawkins, Bergerak Menurut Kata Hati. Terj. I Wayan Dibia. Jakarta: Ford Foundation dan Jurnal Seni Budaya
Volume 16 Nomor 2, Desember 2018 masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2003.
________________, Mencipta Lewat tari. Disadur ke Bahasa Indonesia oleh Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthili, 2003.
Chandra Yulius, Kreativitas Bagaimana Menanam dan Mengembangkannya. Jakarta: Kanisus, 1994.
Fedli Aziz,â€Kekuatan Lokal Parade Tari Daerah Riauâ€,Koran Riau Pos,(Mei 2013).
Fitriyani. “Analisis Sosial Masyarakat Melayu Di Kelurahan Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisirâ€, Repository UNRI,(2014):4-5.
Hamidy, UU, Jagat Melayu Dalam Lintasan Budaya di Riau. Pekanbaru: Bilik Kreatif Press, 2011.
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2000.
KM. Saini. Taksonomi Seni. Bandung: STSI Press, 2001.
Sedyawati, Edi.Keindonesiaan Dalam Budaya, Jakarta: Wedatama Widya, 2008
Soedarsono, R. M. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, 1998.
Sumardjo, Yakob. Filsafat Seni. Bandung: ITB, 2000.
Sumaryono, Restorasi Seni tari dan Transformasi Budaya. Yogyakarta: ELKAPI, 2003.