REKONSTRUKSI TARI BEDHAYA ENDHOL-ENDHOL OLEH GUSTI KANJENG RATU WANDANSARI DI KRATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT
Main Article Content
Abstract
ABSTRAK
Â
Tari Bedhaya Endhol-Endhol diciptakan oleh I.S.K.S Paku Buwono X khusus ditarikan oleh putri-putri raja. Setelah I.S.K.S Paku Buwono X wafat tari ini sudah tidak pernah dipentaskan lagi, sehingga bentuk dan tekniknya sudah tidak nampak. Akhirnya muncul gagasan dari para pemangku adat yang dipimpin oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari untuk merekonstruksi tari Bedhaya Endhol- Endhol. Berdasarkan fenomena tersebut maka diungkap bagaimana proses dan hasil rekonstruksi tari Bedhaya Endhol-Endhol oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari. Konsep revitalisasi Sri Rochana Widyastutiningrum dan konsep aspek-aspek dasar koreografi Sumandiyo Hadi pun digunakan untuk mengetahui proses dan bentuk tari Bedhaya Endhol-Endhol hasil rekonstruksi. Hasil yang diperoleh bahwa proses tersebut mencakup ide dan latar belakang, proses penggalian yang terdiri atas penggalian gendhing, penggalian gerak, serta tempuk gendhing. Kemudian di dalamnya terjadi proses interpretasi mengenai semua komponen yang membentuk tari Bedhaya Endhol-Endhol. Bentuk tari Bedhaya  Endhol-Endhol hasil rekonstruksi mencakup aspek (1) Deskripsi tari, (2) Gerak Tari, (3) Pola Lantai, (4) Musik Tari, (5) Judul Tari, (6) Tema Tari, (7) Jumlah dan Jenis Kelamin, (8) Rias dan Busana, (9) Ruang Tari, (10) tata Cahaya. Hasil rekonstruksi tari Bedhaya Endhol-Endhol oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari telah mengembalikan kembali tari Bedhaya Endhol-Endhol yang sempat ditinggalkan, meskipun belum dapat mewujudkan konsep tari Bedhaya Endhol-Endhol yang menitikberatkan pada karakter bocah.
Â
Kata kunci: Rekonstruksi, Bedhaya Endhol-Endhol, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari.
Â
ABSTRACT
Â
Bedhaya Endhol-Endhol dance was created by I.S.K.S Paku Buwono X. It is specially run by the princesses. After I.S.K.S Paku Buwono X died, the dance has never been staged again, so its form and technique have not been seen. Finally, there came the idea of the traditional actors led by Lord Kanjeng Ratu Wandansari to reconstruct Bedhaya Endhol-Endhol dance. Based on this phenomenon, it is revealed how the process and result of Bedhaya Endhol-Endhol dance reconstruction by Gusti Kanjeng Ratu Wandansari. The concept of revitalization by Sri Rochana Widyastutiningrum and the concepts of the basic aspects of Sumandiyo Hadi’s choreography were also used to determine the process and form of Bedhaya Endhol-Endhol dance reconstruction. The results obtained include the idea and the background, the excavation process consisting of excavating gendhing, motion excavation, and tempuk gendhing. Then there is a process of interpretation of all the components that make up Bedhaya Endhol-Endhol dance. The form of reconstructed Bedhaya Endhol-Endhol dance is covering the aspects (1) Dance description, (2) Dance movements, (3) Floor pattern, (4) Dance music, (5) Dance title, (6) Dance theme and gender, (8) Make-up and Clothing, (9) Dance Room, (10) Lighting. The reconstruction of Bedhaya Endhol-Endhol dance by Gusti Kanjeng Ratu Wandansari has restored Bedhaya Endhol-Endhol dance that had been abandoned, although it has not been able to realize the Bedhaya Endhol- Endhol dance concept that emphasizes the character of the child.
Â
Keywords: Reconstruction, Bedhaya Endhol-Endhol, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari.Downloads
Article Details
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
Abdullah, Irwan. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Anshoriy, Nasrudin, Jeihan Sukmanto. Paku Buwono X Penjaga Tradisi dan Pelopor Modernitas Budaya Jawa. Yogyakatra: Ilmu Giri dan Jeihan Institute, 2014.
Boskoff, Alvin. Recent Theories of Social Changes. dalam Werner J. Cahman dan Alvin Boskoff, ed., Sociology and History: Teory and Research. London The Free Press Glencoe, 1964.
Hadi, Sumandiyo. Aspek Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi, 2003.
Hermien, A. M. Kusmayati. “Bedhaya di Pura Paku Alaman Pembentukan dan Perkembanganya 1909-1987†Tesis: Fakultas Pascasajana Universitas Gadjah Mada, 1988.
Kustantina, Nora Dewi. “Tari Bedhaya Ketawang Reaktualisasi Hubungan Mistis Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari dan Perkembangannyaâ€. Tesis S2 minat pengkajian seni Pascasarjana ISI Surakarta, 1994.
Marsono, waridi. Ensiklopedi Budaya Jawa. Surakarta: Gramedia, 2000. Martopangrawit. Gending dan Sindenan Bedhaya Srimpi. Surakarta: Proyek Pengembangan IKI Sub Proyek ASKI Surakarta, 1983.
Martopangrawit, R.ng. Serat Sujarah utawi riwayating gamelan Wedhapradangga. Surakarta: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakatra, 1990.
Nanik Sri Sri Prihatini. “Tari Serimpi Glondongpring Kraton Kasunanan Surakartaâ€. Surakarta: Laporan Penelitian Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta, 1990.
Nanik Sri Prihatini dan Nanuk Rahayu. “Tari Srimpi Tamenggita dan Tari Srimpi Gambirsawit
Kasunanan Surakartaâ€. Surakarta: Laporan Penelitian Penggalian Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta, 1988.
Nasrudin, HM Anshoriy, Jeihan Sukamtoro. PakuBuwono X Penjaga Tradisi dan pelopor
modernitas Budaya Jawa .Yogyakarta: Ilmu Giri, 2014.
Pramutomo, RM. Dkk. Etnokoreologi seni pertunjukan topeng tradisional di Surakarta, Yogyakarta, dan Malang. Surakarta: ISI pess ISI Surakarta, 2011.
Pramutomo, RM. Etnokoreologi Nusantara Batasan Kajian Sistematika dan Aplikasi Keilmuannya. Surakarta: ISI Press, 2007.
Purwadi, Djoko Dwiyanto. Kraton Surakarta Sejarah, Pemerintahan, Konstitusi. Kesusastraan dan Kebudayaan. Yogyakatra: Panji Pustaka, 2008.
Pusaningrat, S.Mengenal Sri Susuhunan Pakoe Boewono X Kraton Surakarta. Surakarta: CV Cendrawasih, 2008.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodmaan. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2014.
Rochim, Nur. “Rekonstruksi Tari Bedhaya Dirada Meta di Mangkunegaranâ€. Tesis S2 Pengkajian
Seni Pertunjukan Pascasarjana ISI Surakarta, 2009.
Sastrokartika, Mas, Hadisoeprapto. Serat Kridawayangga Pakem Beksa. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan daerah, 1979.
Soedarsono, R.M. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.
Soeratman, Darsiti. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: Tamansiswa, 1989.
Jurnal Seni Budaya 190 Volume 16 Nomor 2, Desember 2018
Sudewo, Alex. Dari Kartasura ke Surakarta Studi Kasus Serat Iskandar. Yogyakarta: Lembaga Studi Asia, 1995.
Widyastiningrum, Sri Rochana. Revitalisasi Tari Gaya Surakarta. Surakarta: ISI Press, 2012.