Visualisasi dan Makna Simbol Busana Tari Turak Kabupaten Musi Rawas
Main Article Content
Abstract
Tari Turak adalah sebuah tari tradisional yang ada di Kabupaten Musi Rawas yang memiliki nilai historing yang sangat tinggi dan menjadi salah satu kekayaan budaya Kabupaten Musi Rawas. Tari Turak diperkirakan telah ada sejak zaman kolonial, hal ini dibuktikan dengan penampilan tari ini yang ditujukan untuk melumpuhkan tentara NICA yang ingin menguasai wilayah Tanjung Sakti dengan senjata turak. Metode peneltian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis dengan tahapan: 1) identifikasi dan merumuskan masalah; 2) menyusun kerangka pemikiran; 3) merumuskan hipotesis; 4) menguji hipotesis secara empirik; 5) melakukan pembahasan; 6) menarik kesimpulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan: studi kepustakaan, observasi (pengamatan), wawancara (interview), dokumentasi dan triangulasi (gabungan). Teknik analisis data terdiri dari: data reduction, data display, conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan bawah visualisasi busana Tari Turak pada awal dipentaskan tidak sama dengan busana tari turak saat ini. Busana Tari Turak masa kolonial terdiri dari: Kebaya/dodot, sanggul malang dan bunga untuk pemanis di kepala, kain sebagai rok, selendang dan dan turak sebagai properti pendukung. Sementara itu, busana Tari Turak saat ini mengikuti perkembangan pakaian adat Musi Rawas yang terdiri dari: a) bagian atas: baju kurung, mahkota Musi Rawas/mahkota beringin/pilis, anting, sanggul malang dan kembang cempako; b) bagian tengah: lidah Musi Rawas/teratai Musi Rawas/teratai lidah, kalung Musi Rawas, gelang, kain pelangi atau selendang pelangi; c) bagian bawah: kain songket atau sewet songket. Secara keseluruhan makna yang terkandung dalam busana Tari Turak modern ini adalah keanggunan, kesopanan, kesucian, kekeluargaan, kerapian, ketenangan, kecantikan, kemuliaan, keagungan, kesabaran, ketabahan hati, keramahan, kebahagiaan, kemakmuran dan keberanian.
Downloads
Article Details
Copyright
Authors who publish with Gelar: Jurnal Seni Budaya agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.
References
Ensiklopedi Tari Indonesia. (1986). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fitriani, S. (2018). “Analisis Bentuk Gerak Tari Turak di Sanggar Studio Lingga Kota Lubuklinggau”. Sitakara Edisi Keempat.
Herusatoto, B. (1984). Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Herlina. (2013). “Bentuk Penyajian Tari Turak di Kecamatan Suku Tengah Lakitan (STL) Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas”. Skripsi: Universitas P0GRI Palembang.
Hikmawati, E. (2017). “Makna Simbol dalam Aesan Gede dan Pak Sangkong Pakaian Adat Pernikahan Palembang”. Intelektualita Vol. 06 (01): 1-12.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Littlejohn, S. W dan Karen A. F. (2011). Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta:Salemba Humanika.
Mackinlay, S.C & B. Shneiderman. (1998). Readings in Information Visualization, Using Visualization to Think. Morgan Kaufman.
Nordholt, H. S. (ed). (2005). Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan. Yogyakarta: LKiS.
Prastiwa, S.A. (2014). “Rekonstruksi Tari Sambut Silampari di Kabupaten Musi Rawas”. Gelar: Jurnal Seni Budaya Vol.12 (2): 139-150.
Sedyawati, E. (1995). “Pencak Silat sebagai Dasar Pijakan Tari Minangkabau”. Makalah Seminar Tari Minangkabau. Padang Panjang: STSI Padang Panjang.
Slamet, M.D. (2012). Barongan Blora Menari di atas Politik dan Terpaan Zaman. Surakarta: Citra Sains LPKBN.
Soedarsono. (1977) Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryana. (2010). Metode Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: UPI.
Sustianingsih, I. M. & Risa M. Y. (2018). “Kajian tentang Perwujudan Nilai Juang pada Tari Turak (Studi Kasus Kecamatan Suku Tengah Lakitan (STL) Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan)”. Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial-Humaniora, 1(1), 1-11.
Syarofie, Y. (2007). Songket Palembang: Nilai Filosofis, Jejak Sejarah dan Tradisi. Palembang: Dinas Pendidikan Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan.
Toekio, M. S. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.
https://googleweblight.com. diakses tanggal 10 Agustus 2018.
Narasumber:
Mohammad Asman:
koreografer tari dan mantan anggota Dewan Kesenian Kota Lubuklinggau. Wawancara hari Sabtu, 22 September 2018.
Yopi Herlambang: koreografer tari dan
pelestari seni Musi Rawas dan Lubuklinggau. Wawancara hari Rabu, 7 November 2018.
Suwandi Syam: budayawan Kabupaten Musi Rawas. Wawancara hari Kamis, 3 Januari 2018.