INOVASI KESENIAN RAKYAT KUDA LUMPING DI DESA GANDU, KECAMATAN TEMBARAK, KABUPATEN TEMANGGUNG

Authors

  • Nur Rokhim Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.33153/grt.v17i1.2299

Abstract

Demam kesenian rakyat kolaborasi Leakan di Temanggung rupanya sudah tidak dapat dibendung lagi. Para seniman senior rata-rata menolak kehadiran kolaborasi tersebut, mereka merasa risih dengan pengembangan seni pertunjukan yang demikian. Akhirnya Dinas melarang pertunjukan kolaborasi Kuda Lumping dengan tari Leak, Pendet dan Barong Bali. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan eksistensi pertunjukan Kuda Lumping seperti semula sebagai seni yang mempunyai ciri khas Temanggung. Kesenian Kuda Lumping Sri Budoyo berada pada situasi yang rumit, di tengah-tengah tuntutan selera masyarakat yang semakin beraneka ragam. Tekad masyarakat pendukung kesenian sudah bulat untuk menjaga dan melestarikan kesenian Kuda Lumping supaya tetap eksis dengan ciri khasnya. Berbagai permasalahan mitra sebagi akibat masuknya kesenian luar daerah yang mengusik eksistensi kesenian lokal sebagai ciri khas daerah, maka akan ditawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Inovasi adalah sebuah cara yang akan dilakukan sebagai solusinya. Inovasi yang dilakukan adalah pemberdayaan anak-anak sebagai generasi penerus kesenian Kuda Lumping di desa Gandu II, yang nantikan akan memegang kendali kesenian di desa tersebut. Anak-anak diberi pelatihan tari Geculan sebagai dasar kepenarian mereka, gerak-gerak yang disusun disesuaikan dengan usianya.Kata kunci: Inovasi, Kesenian rakyat, Kuda Lumping.Abstract The folk art fever of the Leakan collaboration in Temanggung apparently cannot be stopped anymore. The average senior artists reject the presence of the collaboration, they feel uncomfortable with the development of such performing arts. Finally the Office banned the performance of the Kuda Lumping collaboration with the Leak, Pendet and Barong Bali dances. This is intended to restore the existence of the Kuda Lumping performance as originally as an art that has a characteristic Temanggung. Sri Budoyo’s Kuda Lumping Art is in a complicated situation, amidst the increasingly diverse demands of the people’s tastes. The determination of the people supporting the arts has been unanimous to maintain and preserve the Kuda Lumping art in order to continue to exist with its trademark. Various partner problems as a result of the entry of arts outside the region that disturb the existence of local arts as a regional characteristic, will be offered a solution to overcome the problems faced. Innovation is a method that will be carried out as a solution. The innovation carried out was the empowerment of children as the next generation of Kuda Lumping art in the village of Gandu II, who were looking forward to taking control of the arts in the village. The children were given Geculan dance training as a basis for their dance, the movements arranged according to their age. Keywords: Innovation, Folk art, Kuda Lumping.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Hans – Dieter Evers.

Teori Masyarakat: Proses Peradaban Dalam Sistem Dunia Modern. Jakarta: Yayasan obor Indonesia

Jalaludin Rakhmat.

Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda karya

Piequesed.

Pertunjukan Rakyat Jawa. Trans. K. R. T. Muhammad Husodo Pringgokusumo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soerjono Soekanto.

Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta: Balai Aksara.

Umar Kayam. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Internet:

http://kabare.id/welcome/article

Downloads

Published

2019-01-17

Issue

Section

Articles