BENTUK DAN FUNGSI TARI GATHOLOCO KELOMPOK SENI CIPTO BUDOYO KABUPATEN TEMANGGUNG

Authors

  • Lenni Wulandari Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
  • Sri Rochana Widyastutieningrum Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.33153/grt.v17i2.2307

Abstract

AbstrakTari Gatholoco adalah tari kelompok berjenis tradisi rakyat dalam sebuah kelompok seni di Desa Kembangsari. Tari Gatholoco belum diketahui siapa penciptanya dan digarap oleh Badrun tahun 1965 kemudian digarap oleh Tono tahun 1980. Tari Gatholoco menarik karena pola lantai membentuk formasi huruf (terbalik dari arah depan) yang menyusun sebuah kata Temanggung. Juga terdapat gerak penghubung antar gerak satu ke gerak berikutnya dan gerak penghubung untuk perpindahan pola lantai dengan senggakan “sukseskan pembangunanâ€. Tari Gatholoco memiliki fungsi sosial dalam masyarakat Desa Kembangsari. Penelitian ini menggunakan landasan teori bentuk oleh Suzanne K. Langer dan Sri Rochana Widyastutieningrum dan teori fungsi oleh Raymond Firth. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, merupakan metode penelitian yang menekankan pada telaah mendalam suatu fenomena yang terjadi dengan melakukan wawancara, dokumentasi, pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, dan studi pustaka. Presentasi yang disajikan berupa data dan visual. Hasil dari penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan bentuk sajian dan fungsi sosial tari Gatholoco yang hingga kini masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Kembangsari. Bentuk sajian tari Gatholoco terdapat gerak yang menggambarkan aktivitas masyarakat sehari hari. Fungsi sosial tari Gatholoco yaitu sebagai sarana kepuasan batin, sarana bersantai dan hiburan, sarana ungkapan jati diri, sarana integratif dan pemersatu, dan sarana pendidikan amat positif di kehidupan masyarakat Desa Kembangsari.Kata kunci: Gatholoco, Bentuk, FungsiAbstractGatholoco Dance is a group dance of the folk-type tradition in an art group in Kembangsari Village. Not yet known who the creator of Gatholoco dance it was cultivated by Badrun in 1965 then tilled by Tono in 1980. Gatholoco dance is very interesting, because pattern floor as like alfabet (upside down from the front) which composes the word means like Temanggung. That dance also relational between one of the movement to the next movement, and then the relational connecting the other movement of the pattern floor it is mean that “successful developmentâ€. Gatholoco dance has a sociocultural function in the Kembangsari Village. This research uses the foundation of form theory by Suzanne K. Langer and Sri Rochana Widyastutieningrum and function theory by Raymond Firth. This research uses qualitative method, is a research method that emphasizes in depth study of a phenomenon that occurs by conducting interviews, documentation, direct observation, indirect observation, and literature study. Presentation is presented in the form of data and visual. The results of this study can be obtained a picture relating to the form of course and social function of Gatholoco dance which until now is still alive and growing among the people of Kembangsari Village. There is a movement that describes the daily activities of society in the form of Gatholoco dance course. The social function of Gatholoco dance is as a mean of inner satisfaction, means of relaxation and entertainment, means of expression of identity, integrative means and unifier, means of educational, means of healing, symbolic means of meaning and power, and means of integration in chaotic times are very positive in the life of the community of Kembangsari Village.Keywords: Gatholoco, Form, Function.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Firth, Raymond.

“Makalah Seminar Pendidikan Seni dan Globalisasi Budayaâ€. Yogyakarta: ISI Yogyakarta

Kartodirjo, Sartono.

Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Langer, Suzanne K.

Problematika Seni terj. F.X Widaryanto, Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.

M.D, Slamet.

Melihat Tari. Karanganyar: Citra Sains Lembaga Pengkajian dan Konservasi Budaya Nusantara.

Maryono.

Analisa Tari. Surakarta: ISI Press.

Murgiyanto, Sal.

Koreografi Pengantar Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Murgiyanto, Sal.

Ketika Cahaya Merah Memudar. Jakarta: Deviri Ganan.

Sedyawati, Edi.

Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari. Yogyakarta: Pustaka Jaya.

____________. 2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soedarsono.

Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.

Soedarsono.

Peranan Seni Budaya dalam Kehidupan Manusia, Kontinuitas. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Soemaryatmi dan Suharji.

Sosiologi Seni Pertunjukan Pedesaan. Surakarta: ISI Press.

Sopandi, Atik.

Topeng Gong. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

Tim Penyusun Fakultas Seni Pertunjukan.

Panduan Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan. Surakarta: ISI Press.

Widyastutieningrum, Sri Rochana.

Sejarah Tari Gambyong; Seni Rakyat Menuju Istana. Surakarta: ISI Press.

NARASUMBER

Darto (80 tahun), penari dan pengrawit tari Gatholoco dulu, tokoh masyarakat, petani. Dusun Tanjungan, Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung.

Mohadi (72 tahun), pengrawit tari Gatholoco dulu, tokoh masyarakat, petani. Dusun Tanjungan, Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung.

Sugito (64 tahun), salah satu vokalis Kelompok Seni Cipto Budoy, petani. Dusun Tanjungan, Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung.

Tri Puji Waluyo (37 tahun), penasehat dan penggerak Kelompok Seni Cipto Budoyo, perangkat Desa sebagai Kepala Dusun Tanjungan. Dusun Tanjungan, Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung.

Darwanto (37 tahun), ketua 1 Kelompok Seni Cipto Budoyo, pedagang. Dusun Tanjungan, Desa Kembangsari, Kandangan, Temanggung.

Downloads

Published

2019-01-21

Issue

Section

Articles