TARI BRAMASTRA KARYA WAHYU SANTOSO PRABOWO DALAM PANDANGAN METAFORA
DOI:
https://doi.org/10.33153/grt.v16i1.2355Abstract
Abstrak Tari Bramastra merupakan tari yang tergolong dalam tari alus tunggal gaya Surakarta yang disusun oleh Wahyu Santoso Prabowo pada tahun 1984. Tari Bramastra dapat dibawakan oleh penari perempuan maupun laki-laki dengan durasi 10 menit 50 detik. Terbentuknya tari Bramastra berawal dari keadaan yang mengancam umat manusia dengan adanya penciptaan sebuah senjata nuklir dan rudal yang berkekuatan dahsyat. Senjata ini kemudian disetarakan dengan senjata yang ada dalam cerita wayang yaitusenjata Bramastra yang hanya dimiliki oleh Batara Brama (dewa api) yang diturunkan kepada Arjuna. Permasalahan dalam pembahasan penelitian diantaranya bagaimana koreografi Bramastra karya Wahyu Santoso Prabowo dan bagaimana makna tari Bramastra karya Wahyu Santoso Prabowo dipandang dari analisis metafora. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan bentuk, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan caraobservasi, wawancara, dan studi pustaka. Landasan teori yang digunakan adalah landasan teori dari Y. Sumandiyo Hadi dan Anton M. Moeliono. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan yaitu makna yang terkandung dalam tari Bramastra adalah bahwa dalam menggunakan sebuah senjata harus ada perhitungan yang matang sehingga dapat terfikirkan bagaimana dampak dan akibat yang terjadi dari senjata tersebut, dan apabila senjata sudah memenuhi target dari fungsi yang diinginkan akan berakhir dengan sifat yang buruk yaitu munculnya sifat sombong atau congkak karena apa yang diinginkan sudah terpenuhi.Kata kunci : Tari Bramastra, Metafora, Makna. Abstract Bramastra dance is a dance that belongs to a single style Solo solus dance composed by Wahyu Santoso Prabowo in 1984. Bramastra dance can be performed by female and male dancers with a duration of 10 minutes 50 seconds. The formation of Bramastra dance begins with a state that threatens mankind with the creation of a powerful nuclear weapon and missile. This weapon is then synonymous with weapons that exist in the puppet story that is Bramastra weapon that is only owned by Batara Brama (god of fire) is passed down to Arjuna.Problems in the discussion of research such as how the choreography Bramastra work of Wahyu Santoso Prabowo and how the meaning of dance Bramastra Wahyu Santoso Prabowo work is viewed from the analysis of meta- phor. Writing this essay using qualitative research methods with a form approach, namely data collection conducted by way of observation, interview, and literature study. The theoretical basis  used is the theoretical basis of Y. Sumandiyo Hadi and Anton M. Moeliono.The result of the research can be concluded that the meaning contained in Bramastra dance is that in using a weapon there must be a mature calculation so that it can think how the impact and effect of the weapon, and if the weapon has met the target of the desired function will end with the nature the bad is the appearance of arrogance or arrogance because what is desired has been fulfilled.Keywords: Bramastra Dance, Metaphor, Meaning.Downloads
References
Alwi, Hasan. 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2007 Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Moeliono, Anton M. 1989 “Diksi atau Pilihan Kataâ€, dalam
Kembara Bahasa Kumpulan
Karangan Tersebar. Jakarta : Gramedia.
Pramutomo, RM. 2005 Antropologi Tari Sebagai Basis Disiplin Etnokoreologi. Surakarta : STSI
Press.
Prawiroatmodjo, S. 1981 Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta : PT Gunung Agung.
Rochana Widyastutiningrum, Sri dan Dwi Wahyudiarto. 2014 Pengantar Koreografi. Surakarta : ISI Press Surakarta.
Saputra, Karsono H. 1991 Genderang Perang di Padang Kurusetra. Jakarta : Balai Pustaka.
Wasi Bantolo. 2003 “Alusan Pada Tari Jawa,†Dewa Ruci,Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 1 No 3 (April 2003):426-437.
NARASUMBER
Blacius Subono (63 tahun), dosen Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan pedalangan. Surakarta.
Didik Bambang Wahyudi (57 tahun), dosen Institut Seni Indonesia
Surakarta jurusan tari. Surakarta.
Silvester Pamardi (58 tahun), penari pertama tari Bramastra dan dosen Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan tari. Surakarta.
Wahyu Santoso Prabowo (64 tahun), dosen Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan tari. Surakarta.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright
Authors who publish with GREGET agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.