MAKNA SIMBOLIK TOR-TOR SOMBAH DALAM UPACARA ADAT KEMATIAN SAYUR MATUA PADA MASYARAKAT SUKU BATAK SIMALUNGUN
DOI:
https://doi.org/10.33153/grt.v15i2.2427Abstract
Penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Tor-Tor Sombah Dalam Upacara Adat Kematian Sayur Matua Pada Masyarakat Suku Batak Simalungun†merupakan salah satu bentuk pelestarian dan sumber informasi mengenai seni tari tradisional suku Batak Simalungun. Penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang masyarakat suku Batak Simalungun sebagai pemilik dari kesenian tor-tor sombah, serta mendeskripsikan bentuk dari tor-tor sombah yang dilihat dari elemen-elemen koreografi dengan dibantu oleh notasi laban dan dianalisis dengan memakai teori dari Laban yaitu effort dan shape. Selain itu juga dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis tor-tor sombah yang dilihat dari dua bagian yaitu aspek dalam dan aspek luar dengan konsep dari Allegra Fuller Synder.Untuk mengungkapkan permasalahan tersebut digunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Teknik pengumpulan data lapangan menggunakan model dari Kurath dengan metode etnografi tari. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedudukan tor-tor sombah pada masyarakat suku Batak Simalungun menempatkan seni sebagai bagian dari agama dan bagian dari aktivitas sosial masyarakat setempat dalam upacara adat kematian sayur matua. Dilihat dari bentuk koreografinya tor-tor sombah merupakan bagian dari tari upacara adat hal ini terlihat dari elemen-elemen yang terdapat di dalam koreografi yang semuanya mengarah kepada aturanaturan adat istiadat dari suku Batak Simalungun. Makna simbolis tor-tor sombah dalam upacara adat kematian sayur matua merupakan salah satu bagian dari kepercayaan masyarakat suku Batak Simalungun kepada ajaran agama dan upacara adat dilihat dari koreografi, tata busana, dan properti yang dipakai. Seni tari tradisi tor-tor sombah dalam upacara adat kematian sayur matua yang hadir pada masyarakat suku Batak Simalungun mempunyai hubungan erat kaitannya dengan seni dalam upacara adat istiadat dan seni sebagai hiburan. Kata Kunci: Tor-tor Sombah, Upacara Adat Kematian Sayur Matua Batak Simalungun, Koreografi, Makna Simbolik. Abstract This research which is titled “The Symbolic Meaning Of Sombah Dance in Sayur Matua The Death Ceremony Of Simalungun Batak Ethnic Societyâ€, is one of the sort of preservation 168 Volume 15 No. 2 Desember 2016 and source information regards tradisional dance art from Simalungun Batak Ethnic. The research aims to  understand the background of community of Simalungun Batak Ethnic as an owner of sombah dance, as well as to describe the form of sombah dance viewed from the elements of choreography which is suported by Labannotation and analyzed by Laban theory of ‘effort’ and ‘shape’. Beside that, the research aims to analyze the symbolic meaning of sombah dance viewed from two parts, namely inner and outer aspects based on the consept from Allegra Fuller Synder.It uses the qualitative method and ethnochoreological approach for uncovering those matters. The field data collected by using Kurath’s model and ethnography of dance method. The research shows that the position of sombah dance in Simalungun Batak ethnic society is used art as a part of media religion and as social activity for inhabitants in sayur matua the death ceremony. From its choreographical form, sombah dance represents of tradition ceremony dance reflected by the elements which are found in the choreography in which all of them reflect culture from Simalungun Batak ethnic. The symbolic meaning of sombah dance in sayur matua the death ceremony is one of the public faith and tradition ceremony viewed the used from choreography, clothing, and property. The traditional art sombah dance is lived in sayur matua the death ceremony of Simalungun Batak ethnic society which has a significant relation with the art as tradition ceremony and art as an entertainment. Keywords: Tor-tor Sombah, Upacara Adat Kematian Sayur Matua Batak Simalungun, Koreografi, Makna Simbolik.Downloads
References
Alfian. 1985. “Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan Kumpulan Karangan,â€
dalam Harsja W. Bachtiar, Birokrasi Dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Gramedia.
Bandem, I Made. 1996. Etnologi Tari Bali. Pustaka Budaya.
Hadi, Y. Sumandiyo.2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Multi Grafindo, Volume 15 No. 2 Desember 2016 179
Hutchinson, Ann. 1954-1970. Labanotation or Kinetography Laban The System Of Analyzing and Recording Movement. New York: A Theatre arts books,
Morris, Desmond. 1997. Manwatching A Field Guide to Human Behavior. Harry N. Abrams, New York: INC, Publisher.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Purba, Mansen dan Oji E. Saragih. 1994. Horja Sayur Matua. Medan: Bina Budaya Simalungun,
Purba, Rudolf dan J.E. Saragih. 2011. Peradaban Simalungun. Pematang
Siantar: Komite Penerbit Buku Simalungun (KPBS),
Pramutomo, R.M. 2011. Etnokoreologi Seni Pertunjukan Topeng Tradisional Di Surakarta, Yogyakarta,
Dan Malang. Surakarta: ISI Press. Royce, Anya Peterson. 2007. Antropologi Tari.
Terj F.X Widaryanto. Bandung: Sunan Ambu Press.
Simatupang, Defri Elias. 2012. “Upacara Saur Matua: Konsep Kematian Ideal Pada Masyarakat Batak (Studi Etnoarkeologi).†Jurnal: Balai Arkeologi. Medan.
Sinaga, Salmon. 2002. Adat Ni Simalungun. Pematang Siantar: Partuha Maujana.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright
Authors who publish with GREGET agrees to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.