GARAP GENDING JULA-JULI LANTARAN GAYA MALANG
DOI:
https://doi.org/10.33153/keteg.v17i2.2387Abstract
AbstractThe research on Gending Jula-juli Lantaran in Malang style is based on the writer’s interest in the emergence of a new gending. This gending is treated in a different way from the general interpretation of gending in East Javanese style karawitan. The presence of this gending forms the background to the two problems addressed in this research. First, the role of Malang style tembang macapat in the interpretation of gending Jula-juli; second, the interpretation of Gending Jula-juli in Malang style. This research uses a qualitative method with emphasis on an analytical descriptive and interpretative approach. The concept of garap (interpretation / treatment) is used to examine the problems related to the interpretation of gending Jula-juli in Malang style.Gending Jula-juli Lantaran is a development of the general gending Jula-juli and uses a variety of treatment not commonly found in gending Jula-juli. The gending places emphasis on the interpretation of tembang macapat (sung verse) in Malang style. The composition of this gending brings alignment or balance between the development of gending and tembang macapat. This phenomenon presents a new model of interpretation of Malang style gending and provides new knowledge about Malang style karawitan and East Javanese karawitan in general.  Keywords: Interpretation, Gending, Jula-juli Lantaran. AbstrakPenelitian tentang Gending Jula-juli Lantaran gaya Malang didasari atas ketertarikan peneliti terhadap kemunculan gending baru. Gending tersebut memiliki garap yang berbeda dari gending secara umum pada karawitan gaya Jawa Timuran. Kehadiran gending tersebut melatarbelakangi munculnya dua permasalahan. Pertama adalah mengenai peran tembang macapat gaya Malang dalam garap gending Jula-juli. Permasalahan kedua berkaitan dengan garap gending Jula-juli Lantaran gaya Malang. Gending Jula-juli Lantaran merupakan pengembangan dari gending Jula-juli secara umum serta memilki garap yang beragam dan tidak ditemukan dalam gending Jula-juli secara umum. Gending tersebut memberikan penekanan terhadap kemunculan garap yang terletak pada tembang macapat gaya Malang. Terciptanya gending tesebut membawa kesejajaran atau keseimbangan antara perkembangan gending dan tembang macapat. Fenomena ini bisa menjadi suatu model garap baru pada gending - gending gaya Malang, memberi pengetahuan baru pada karawitan gaya Malang serta karawitan Jawa Timuran pada umumnya. Kata Kunci: Garap, Gending, Jula-juli Lantaran.Downloads
References
Balai Bahasa Yogyakarta. 2001. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI ).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Proponsi Jawa Timur. 1993. Gerongan Jawa Timur.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kajian Budayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hastanto, Sri. 2009. Konsep Pathet Dalam Karawitan Jawa. Surakarta: ISI Press Surakarta.
Karlina, Diana Iis. 2015. “Peran dan Kreativitas Sriutami Dalam Sajian Gending Tayub Malanganâ€. Skripsi S-1 Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Surakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rini, Peni Candra. 2012. Keberadaan Macapat Pringgitan Tinjauan Sejarah Lisan,’’ Laporan Penelitian Institut Seni Indonesia Surakarta
Martopangrawit, R. L. 1969. Pengetahuan Karawitan I. Surakarta: ASKI.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Supanggah, Rahayu. 2009. Bhotekan Karawitan II: Garap. Surakarta: ISI Press.
Narasumber
Sumantri, 63 tahun, seniman karawitan sebagai pencipta Gending Jula-juli lantaran Gaya Malang, Urung-urung, Sukun Malang
Samadyanto, 60 tahun seniman Karawitan kota Malang, penggender karawitan Gaya Surakarta dan gaya Jawa Timuran, Bendo Pakisaji Malang
Pitoyo, 63 tahun, seniman karawitan profesional gaya Malang dan gaya Surakarta, Kepatihan Dampit Malang
Supar, 65 tahun, seniman ahli dalam bidang tembang macapat gaya Malang, Wajak Malang.
Pardi 57, tahun, seniman karawitan Pengendang karawitan gaya Jawa Timur, Pasar Krempyeng Talok Turen Malang