KEBERTAHANAN NOTASI KEPATIHAN SEBAGAI SISTEM NOTASI KARAWITAN JAWA

Authors

  • Rusdiyantoro Rusdiyantoro Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.33153/keteg.v18i2.2402

Abstract

AbstrakNotasi Karawitan Jawa merupakan sebuah metode pencatatan permainan musik gamelan. Ia dilahirkan setelah terjadi proses interaksi budaya yang cukup intensif antara orang-orang yang berlatar budaya Jawa dengan budaya Barat. Sebelumnya masyarakat karawitan Jawa tidak mengenal notasi. Sistem pewarisan permainan musiknya dilakukan dengan cara tradisi lisan. Notasi Karawitan pertama kali diperkenalkan di pusat-pusat kebudayaan Jawa, yaitu di ibu kota kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, pada akhir abad ke-19. Tidak kurang dari delapan macam sistem notasi diperkenalkan dan dikembangkan untuk mendokumentasi-kan gending Jawa agar tidak hilang. Pada perkembangan selanjutnya notasi karawitan digunakan sebagai alat untuk belajar menabuhgamelan. Dari ke delapan sistem notasi tersebut, hanya notasi Kepatihan yang dapat bertahan hingga sekarang. Notasi Kepatihan dapat bertahan dalam waktu yang lama, karena sistemnya relatif sederhana dan terbuka untuk dikembangkan. Pemanfaat-an notasi angka tidak hanya untuk dokumentasi dan pembelajaran gamelan, tetapi juga untuk pengkajian ilmu karawitan. Dampak dari penggunaan notasi Kepatihan secara terus menerus dan sangat dominan, menjadikan penyajian karawitan menjadiseragam. Sebuah kondisi yang bertentangan dengan sifat karawitan Jawa itu sendiri, dimana keterbukaan terhadap berbagai gaya permainan dan penghargaan terhadap keberagaman lebih diutamakan.Untuk mengurangi dampak negatif, pemanfaatan notasi Kepatihan dalam proses belajar Karawitan harus ditempatkan kembali sebagai alat bantu ingatan para pemusiknya. Pengembangan sistem notasi Kepatihan lebih diarahkan untuk keperluan dokumentasi terhadap perbendaharaangarap dan teknik karawitan yang mulai hilang dari ingatan para pemusik gamelan. Kata kunci: karawitan, notasi, pencatatan, dan gending.AbstractJavanese gamelan notation is one method for recording the playing of Javanese gamelan. It arose from the intensive cultural interaction between those from Javanese and Western backgrounds. Before this, theJavanese karawitan community did not know of notation, transmitting the music orally. Notation was first introduced towards the end of the 19th century in the centres of Javanese culture: the court cities of Surakarta and Yogyakarta. No fewer than eight systems of notation were introduced and developed to document Javanese gendhing to prevent them from being lost. A subsequent development was the use of notation as a tool for teaching how gamelan should be played. From these eight systems, only the Kepatihan notation has survived to this day.Kepatihan has been able to survive for so long because it is relatively simple and easily modified. The use of cipher notation has not been restricted to documentation and pedagogy, but also to develop theoriesof gamelan music (ilmu karawitan). The impact of Kepatihan’s widespread and continual use has been the standardisation of gamelan performances, a condition at odds with the character of Javanese karawitan which prioritises an openness to different styles of playing and respects diversity. To reduce this negative impact, theuse of Kepatihan notation in teaching should return to being a mnemonic tool for musicians, and developed as a tool for documentation of garap and techniques that are beginning to be forgotten.Keywords: karawitan, notation, recording, and recording.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Becker, Judith. 1980. Traditional Music in Modern Java: Gamelan in a Changing Society. Honolulu: The University Press of Hawii.

Brandts Buys, J.S., - van Zijp. “Omtrent Notaties en Transscripties en Over de Constructie van Gamelanstukkenâ€.

Dewantara, Ki Hadjar. 1963. Sari Swara. Yogyakarta

Djakoeb, dan Wignjaroemeksa. 1913. Layang Anyumurupake Pratikele Bab Sinau Nabuh Sarta Panggawene Gamelan. Batavia: Drukkerij Eertijd H.M. van Dorp.

---------- , 1919. Serat Enut Gendhing Slendro. Batavia: Landsdrukkerij.

Djumadi. 1985. Tuntunan Belajar Rebab. Surakarta: SMKI Surakarta.

Gondapangrawit. Buku Gending Slendro. Surakarta: Dikarang dan ditulis Surakarta akhir abad ke 19

Harrap’s Reference. 1989. Harrap’s Illustrated Dictionari of Music and Musician. London: Clark Robinson Limited.

Komisi Pasinaon Nabuh Gamelan ing Paheman Radyapustaka Surakarta. 1924-25. Buku Piwulang Nabuh Gamelan jilid I dan jilid II. Surakarta: Swastika.

Kunst, Jaap. 1973. Music in Java: Its History, Its Theory.Its Technique. 2 jilid. Ed. E.L. Heins. The Hague: Martinus Nijhoff

Margana, S. 2004. Pujangga Jawa dan Bayang-bayang Kolonial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Martopangrawit, R.L. 1967. Tetembangan: Vocal yang Berhubungan dengan Karawitan. Surakarta: Dewan Mahasiswa ASKI Surakarta.

------------.1950. Buku Noot Kendang. Surakarta: Naskah tulisan tangan.

-----------. 1972. Titilaras Kendangan. Surakarta: Diterbitkan oleh Bagian Research Konservatori Karawitan Indonesia di Surakarta.

------------.1973. Titilaras Cengkok-cengkok Genderan dengan Wiletannya. Surakarta: Penerbit ASKI Surakarta.

Mlayawidada. 1977. Gending-gending Jawa Gaya Surakarta 3 jilid. Surakarta: Penerbit ASKI Surakarta.

Perlman, Marc. 1991. “Asal-usul Notasi Gendhing Jawa di Surakarta: Suatu Rumusan Sejarah Nut Ranté†dalam Seni Pertunjukan Indonesia. Jurnal Masyarakat Musikologi Indonesia Tahun II No. 2 1991, halaman 36-68. Surakarta: Yayasan Masyarakat Musikologi Indonesia bekerjasama dengan STSI-Press Surakarta.

Rustopo, Slamet Suparno, T. , Waridi. 2007. Kehidupan Karawitan Pada Masa Pemerintahan Paku Buwana X, Mangkunagara IV, dan Informasi Oral. Surakarta: Penerbit ISI Press Surakarta.

Sindusawarno. 1960. “Radyapustaka dan Noot Angkaâ€, dalam Nawa Windu Radyapustaka halaman 57-63. Surakarta: Paheman Radyapustaka Surakarta.

Suhatno. 1981. “ Riwayat Hidup dan Pengabdian Ki Sindusawarno†dalam Biografi Tokoh-tokoh Cendekiawan Kebudayaan, halaman 1-48 (ed. Tashadi). Yogyakarta: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya Yogyakarta.

Sulardi, Raden Bagus. 1916. Serat Pradongga. Weltevreden: Indonesische Drukkerij.

Sumarsam. 2003. Gamelan: Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta: Penerbit The Ford Foundation bekerjasama dengan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

--------------. 1976. “Notasi Karawitanâ€. Makalah untuk Seminar Notasi Karawitan Proyek Pembinaan Kesenian. Surakarta: Direktorat Pembinaan Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Waridi. 2008. Gagasan dan Kekaryaan Tiga Empu Karawitan:Pilar Kehidupan Karawitan Jawa Gaya Surakarta 1950-1970 –an. Bandung: Penerbit Etnoteater Publisher bekerjasama dengan BACC Kota Bandung dan Pascasarjana ISI Surakarta.

............. 2001. Martopangrawit Empu Karwitan Gaya Surakarta. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Mahavira bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKPI dan The Ford Foundation.

Winter, F.W. 1883. Tembang Jawa Nganggo Musik: Kanggo ing Pamulangan (ed. F.L. Winter) Batavia: Landsdrukkerij.

Downloads

Published

2019-03-26

Issue

Section

Articles