GARAP KENDANG GAYA SURAKARTA DAN YOGYAKARTA DALAM RANGKAIAN MRABOT (STUDI KASUS: GENDING MADUWARAS)
DOI:
https://doi.org/10.33153/keteg.v20i2.3551Abstract
Penelitian pada Maduwaras, Gendhing Kethuk 2 Kerep Minggah 4: Kajian Garap Kendang, Gaya Surakarta dan Yogyakarta Dalam Rangkaian Mrabot” adalah menganalisis garap kendang gendhing Maduwaras. Gagasan dalam penelitian ini adalah kolaborasi garap dua gaya Karawitan yaitu gaya Surakarta dan Yogyakarta dengan rangkaian; Maduwaras, gendhing gendhing kethuk 2 kerep minggah 4 kalajengaken ladrang Mara Lagu, suwuk, trus lagon Sanga Wetah, ada-ada kasambet Playon kaseling rambangan Kinanthi, Sinom, Durma laras sléndro pathet sanga. Dalam rangkaian tersebut terdapat dua gaya karawitan yang berbeda dengan berbagai macam garap kendhangan. Permasalahan tersebut dikaji sesuai dengan kaidah-kaidah karawitan pada kedua gaya tersebut.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dimulai dari proses rancangan penelitian karya, pemilihan sumber dan jenis data. Teknik pengumpulan data dimulai dari studi pustaka, observasi, dan wawancara. Dalam analisa penelitiannya menggunakan tiga pendekatan konsep yaitu konsep garap (materi garap dan prabot garap), konsep mungguh, konsep matut dan konsep padhang ulihan.Hasil yang diperoleh adalah kedua gaya yang memiliki latar belakang berbeda dapat dikolaborasi dengan baik dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dari kedua gaya tersebut khususnya garap kendhangan. Perbedaan garap kendhangan pada masing-masing bentuk gending dapat menghasilkan berbagai karakter, warna dan dramatik musikal dengan didukung oleh beberapa aspek kendhangan antara lain; penerapan sekaran, laya, wiledan, serta dinamika dengan tetap memperhatikan konsep mungguh. Kata kunci : gending, kendhangan, garap, gayaDownloads
References
Aji, A. S. (2019). Konsep Mandheg dalam Karawitan Gaya Surakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 20, 2.
Atmojo, B. S. (2010). Kendhangan Pamijen Gending Gaya Yogyakarta. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 11(1).
Boediono, H. (2012). Pembentukan Sekaran Kendangan Matut Dalam Garap Kendang Ciblon Karawitan Jawa. Surakarta.
Budi Prasetya, H. (2012). Pathêt: Ruang Bunyi dalam Karawitan Gaya Yogyakarta. Panggung: Jurnal Seni & Budaya, 22(1).
Hastanto, S. (2009). Konsep Pathet dalam Karawitan Jawa. Surakarta: ISI Press.
Hastanto, S. (2012). Ngeng & Reng Persandingan Sistem Pelarasan Gamelan Ageng Jawa Dan Gamelan Bali. Surakarta: ISI Press.
Irawati, E. (2016). Transmisi Kelentangan dalam Masyarakat Dayak Benuaq. Resital/ : Jurnal Seni Pertunjukan, 17, 1– 25.
Martopangrawit. (1969). Pengetahuan Karawitan I. Surakarta: Dewan Mahasiswa Akademi Seni Karawitan Indonesia.
Martopangrawit. (1972). Pengetahuan Karawitan II. Surakarta: Dewan Mahasiswa Akademi Seni Karawitan Indonesia.
Martopangrawit. (1988). Dibuang Sayang. Surakarta: CV. Seti-Aji.
Mloyowidodo. (1976). Gendhing-gendhing Jawa Gaya Surakarta (Jilid I). Surakarta: ASKI Surakarta.
Nursulistiyo, E. (2019). Pemanfaatan Siter, Kendang, Saron, Kenong, dan Gender sebagai media pembelajaran fisika. Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika, 6(1), 5.
Poerwadarminta, W. J. S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B Wolters’ Uitgevers- Maatschappaij N.V. Groningen.
Sastrowiryono, W. (1981). Rambangan Langen Mandra Wanara. Yogyakarta: Sekolah Menengah Karawitan Indonesia.
Setyawan, S. (2018). Kendangan Pinantut dalam Sajian Klenengan. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 16(1).
Supanggah, R. (2002). Bothekan Karawitan I. Surakarta: MSPI.
Supanggah, R. (2009). Bothekan Karawitan II: Garap. Surakarta: ISI Press.
Surya Osada, S. (2015). Etnomatematika Dalam Titi Laras Dan Irama Pada Karawitan Jawa. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia, 475–481.
Suyoto. (2016). Carem: Puncak Kualitas Bawa Dalam Karawitan Gaya Surakarta. UGM, Yogyakarta.
Teguh. (2017). Ladrang Sobrang Laras Slendro Patet Nem. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 18(2), 103–112.