“PAMETHUK PARI” EKSPRESI MUSIKAL RITUAL PETHIK PARI DI DESA SUMBER ASRI KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR
DOI:
https://doi.org/10.33153/keteg.v20i1.3564Keywords:
musical expression, ritual, pamethuk pariAbstract
Pamethuk Pari, a Musical Expression of the Pethik Pari Ritual, is a form of music based on the ethnic Banyuwangi music using Angklung Paglak as a performance art. Interest in the existence of this ritual is becoming unknown in society. The phenomenon that occurs in the Pethik Pari ritual is rarely done in Banyuwangi Regency. The concept of art used is a symbolic concept with an arrangement concept that emphasizes new music with Banyuwangi ethnic music media. The initial steps in the process of creating a musical work Pamethuk Pari include 1) observation to determine the possible limitations to be packaged in a musical piece. Observations were made by looking for information that reviewed the Pethik Pari ritual, 2) Search for materials looking for instruments whose sound characters could represent rural nuances, 3) Collection of Materials, 4) Methods and Stages of Material Processing so that the links between the musical instruments could complement one another 5) Technical arrangement of materials by means of instrument exploration. The philosophy of the musical Pamethuk Pari contains guidelines for community life that teach mutual respect, togetherness, and gratitude to God Almighty.Downloads
References
Abdul, S., & Priananda Adinata, T. (2020). Tradisi Adat Methik Pari Di Desa Kalistail Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Agastya, 10(1).
Aji, A. S. (2019). Konsep Mandheg dalam Karawitan Gaya Surakarta. Resital : Jurnal Seni Pertunjukan, 20, 2.
Antariksawan Jusuf, Arif Wibowo, E. B. (2017). Sastra Seni Santet (Antariksawan Juyusuf, ed.). Sengker Kuwung Belambangan Jl.Cokroaminoton no.46 Banyuwangi.
Bekti Pratiwi, K. (2018). Dari Ritual Menuju Komersial: Pergeseran Tradisi Ruwahan Di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Haluan Sastra Budaya, 2(2).
Darmasti. (2011). Kidung Kandhasanyata Sebagai Ekspresi Estetik Pesinden Wanita Mardusari. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 11(2).
Darmoko. (2016). Budaya Jawa Dalam Diaspora: Tinjauan Pada Masyarakat Jawa Di Suriname. Ikadbudi, 5(12).
Herusatoto, B. (2011). Mitologi Jawa. Depok: Oncor Semesta Ilmu.
Irawati, E. (2016). Transmisi Kelentangan dalam Masyarakat Dayak Benuaq. Resital : Jurnal Seni Pertunjukan, 17, 1–25.
Mahdi Bahar. (2016). Menyiasati Musik Dalam Budaya. Padang: Cv,Vicigrah Padang.
Nursulistiyo, E. (2019). Pemanfaatan Siter, Kendang, Saron, Kenong, dan Gender sebagai media pembelajaran fisika. Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika, 6(1), 5.
Prasetya, H. B., Haryono, T., & Simatupang, L. L. (2016). Habitus, Ngêng, dan Estetika Bunyi Mlèsèt dan Nggandhul pada Karawitan. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 1(2), 152.
Rumahuru, Y. Z. (2018). Ritual Sebagai Media Konstruksi Identitas: Suatu Perspektif Teoretisi. Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial, 11(1).
Santosa. (2012). Komunikasi Seni: Aplikasi dalam Pertunjukan Gamelan. ISI Press Surakarta.
Sholikin, M. (2010). Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Sri wintala Achmad. (2018). Pedoman Luhur dan Prinsip Orang Jawa (Fita Nur A). Yogyakarta: Araska Sekar Bakung.
Sri Wintala Achmad. (2018). Pedoman Luhur dan Prinsip Orang Jawa (Fita Nur A). Yogyakarta: Araska Sekar Bakung.
Sukatman. (2002). Butir-butir Tradisi Lisan. Yogyakarta: Tim Laks Bang.
Sumarsono. (2007). Tata Upacara Pengantin Adat Jawa (B. Kita, ed.). Jakarta.
Sutiyono. (2013). Poros Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yasa, I. K. (2017). Aspek Musikologis Gêndér Wayang dalam Karawitan Bali. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 17(1).