DESIGN OF THE ANIMATED FILM SRI TANJUNG THROUGH THE PANATARAN TEMPLE RELIEF TRANSFER

Authors

  • Cito Yasuki Rahmad Institut Seni Indonesia Surakarta
  • Wisnu Adisukma Institut Seni Indonesia Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.33153/acy.v16i1.6030

Keywords:

Alih Wahana, Animation, Relief of Panataran Temple, Sri Tanjung

Abstract

Research was conducted to create animation as a vehicle for the relief of Sri Tanjung in Panataran Temple as an education of cultural insight of the archipelago. The development of technology has brought changes in various aspects, one of which is education and entertainment (edutainment) media. Temple reliefs, which are one of the cultures of Indonesian literature, are starting to be less attractive to the younger generation now, especially the onslaught of foreign cultures that enter Indonesia. Preservation efforts need to be made because the temple reliefs contain local wisdom of Nusantara culture, which contains moral values that are beneficial to today's generation. By transforming the reliefs of Sri Tanjung stories in Panataran Temple into animated form, it is hoped that literacy through technological adaptation and education of Nusantara cultural insights is expected to be disseminated to the younger generation. The method of creation and presentation is carried out through stages: (1) exploration of ideas and ideas for the creation of Sri Tanjung animation creations; (2) model design to find animation designs through the outsourcing approach; and (3) the presentation of animated films to facilitate the delivery of educational messages of Nusantara cultural insights for today's generation. The results of the research are expected to be through the transfer of vehicles and technology adaptation, namely animation, the younger generation will have a reference to the extraordinarily rich cultural insights of the archipelago. So that a sense of national nationalism grows and is aware of the cultural richness of one's own nation.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Bastomi, Suwaji. (1992). Seni Rupa Indonesia: Awal Sampai Jaman kerajaan Islam, Semarang: IKIP Press.

Brata, Vincent Bayu Tapa. (2007). Videografi dan Sinematografi Praktis. Jakarta: PT. Gramedia.

Dafitri, haida., Rismayanti., Asri Tamara. (2023). Pengembangan Media Pembelajaran Pengenalan Jenis Warna Pada Anak Dengan Metode Research and Development Berbasis Android. Juktisi : Jurnal Komputer Teknologi Informasi Sistem Komputer, 2(2), 409-415. https://doi.org/10.62712/juktisi.v2i2.121

Damono, Sapardi Djoko. (1996). Alih Wahana. Jakarta: PT. Gramedia.

Fadjar Kurniawan, Donie. (2015). Acceptibility Dubbing Pada Film Animasi Anak ‘POCOYO’. Acyntia : Jurnal Penelitian Seni Budaya, 7(1), 56-65. https://doi.org/10.33153/acy.v7i1.1993

Holt, Claire diterjemahkan oleh R.M Soedarsono. (1991). Seni di Indonesia: Kontinuitas dan Perubahan. Yogyakarta: Institut seni Indonesia Yogyakarta.

Iskandar, Eddy D. (1999). Panduan Praktis Menulis Skenario. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

James Dananjaya. (1984). Folklor Indonesia. Jakarta : Grafitit Press

Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kusen. (1989-1990). “Relief Sri Tanjung Candi Tigawangi dan Panataran dalam perbandingan (studi tentang proses transformasi cerita ke dalam bentuk visual)”, Laporan Penelitian, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Murwonugroho, Wegig, Miftakhudin. (2020). Kajian Rupabheda: Tokoh-Tokoh Sri Tanjung pada Relief Candi Pantaran. Panggung, 30(2), 289-306. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v30i2.953

Nugroho, Agus., Diah Kusyani., Lailan Syafira Putri Lubis. (2023). Alih Wahana Novel Ke Film cINTA lAKI-laki Biasa Karya Asma Nadia dan Guntur Soeharjanto. JP2BS : Jurnal Penelitian dan Pendidikan Bahasa dan Sastra, 8(1), 10-17. https://doi.org/10.32696/jp2bs.v8i1.1847

Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Poestaka.

Prasetyo, Johnny. (2015). Pembelajaran Media Visual Bahasa Inggris untuk Anak-Anak PAUD/TK di Surakarta. Acyntia : Jurnal Penelitian Seni Budaya, 7(1), 56-65.

https://doi.org/10.33153/acy.v7i1.1997

Rustarmadi. (2012). Ragam Hias Pada Pendapa Teras Candi Panataran Di Blitar. Harmonia : Journal of Arts Research and Education, 12(2), 173-180. // DOI: 10.15294/harmonia.v12i2.2526

Sudirman. (2009). 10 Animasi Kartun Flash. Palembang: Maxikom.

Sugihartono, Ranang Agung. (2010). Animasi Kartun Dari Analog Sampai Digital.Jakarta: PT. Indeks.

Sumaryono. (2011). “Cerita Panji Antara Mitos Sejarah dan Legenda”, Mudra : Jurnal Seni dan budaya, 26(1), 17-24. https://doi.org/10.31091/mudra.v26i1.1585

Sumijadi, Atmosudiro. 2006. Khasanah Sumberdaya Arkeologi Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Yogyakarta: Kanisius.

Soenyono, Wisnoe Pradono. (1995). Memperkenalkan Kompleks Percandian Panataran. Mojokerto: KPN Purbakala.

Syafi’i, Achmad. (2021). Makna Simbol Relief Sengkalan Candi Sukuh. Acyntia : Jurnal Penelitian Seni Budaya, 13(2), 178-190. https://doi.org/10.33153/acy.v13i2.4050

Yusuf, Agus Hilman. 2013. Pengertian Animasi dan Jenis-Jenisnya.(http://www.academia.edu/853557/Pengertian_Animasi_dan_jenis_jenisnya. diakses 25 April 2022).

Downloads

Published

2024-07-30

Issue

Section

Articles