UNSUR KOMPETISI MUSIKAL DALAM SAJIAN GENDING GAMELAN SEKATEN

Authors

  • Sigit Setiawan

DOI:

https://doi.org/10.33153/keteg.v18i1.2393

Abstract

Abstrak
Sekaten merupakan sebuah refleksi kebudayaan di Keraton Surakarta. Saat ini, perayaannya dimaknai sebagai bentuk eksistensi Keraton Surakarta sebagai tonggak penyangga kebudayaan. Perayaan Sekaten dengan berbagai kepentingan masyarakat di Surakarta telah menjadikannya peristiwa yang patut diapresiasi oleh mereka yang masih menjadikan Keraton Surakarta sebagai kiblat lingkup kebudayaan Jawa. Salah satu yang mencerminkan situasi tersebut adalah keberadaan Gamelan Sekaten yang di dalam penyajiannya terdapat unsur “kompetisi†musikal. Hal ini tidak dapat lepas dari penambahan perangkat Gamelan Sekaten yang semula berjumlah satu perangkat menjadi dua perangkat yakni di masa pemerintahan Paku Buwono IV. Situasi tersebut membuat para pengrawit (pemain gamelan) harus kreatif dan mempunyai referensi gending yang banyak. “Iklim kompetisi†– yang hingga kini masih berlangsung – tersebut akhirnya melahirkan konsep musikal berdasarkan pertimbangan-pertimbangan estetika musikal karawitan seperti konsep sisihan. Konsep inilah yang digunakan sebagai “standar kompetisi†seperti kemiripan nama, kemiripan garap, golongan gending dan bentuk kemiripan (lagu) balungan gending.
Kata Kunci: gamelan, sekaten, kompetisi musikal.

Abstract
Sekaten is a reflection of the culture within the Keraton Surakarta. Currently, this celebration is understood as one way the Keraton Surakarta exists to support cultural institutions. Sekaten, which serves many interests of Surakarta’s community, has become an event that should be appreciated by those who still consider the Keraton Surakarta as the mecca of Javanese culture. One phenomenon that reflects the aforementioned situation is the existence of musical “competition†in the presentation of Gamelan Sekaten. This is closely tied to the addition of a second set of instruments during the reign of Paku Buwono IV to the original one. This situation spurs the pengrawit (gamelan musicians) towards creativity and knowledge of a wide repertoire of gendhing. The “climate of competition†- still found today - finally gave rise to musical concepts based on considerations of musical aesthetics, such as the idea of “sisihan†found in karawitan. This concept is used as the “standard of competitionâ€: the similarities of names, similarities in garap (musical interpretation), the grouping of gending and melodic (lagu) similarities in the balungan gending.
Keywords: gamelan, sekaten, musical competition.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Martopangrawit. Pengetahuan Karawitan I dan II. Surakarta : ASKI Surakarta. 1975.

Mloyowidodo. Gending-Gending Jawa Gaya Surakarta Jilid I, II, III. Surakarta: ASKI Surakarta. 1977.

Pradjapangrawit. Wédhapradangga, Serat Sujarah Utawi Riwayating Gamelan. Dilatinkan oleh Sogi Sukijo dan Renggosuhono. Ed. Sri Hastanto dan Sugeng Nugraha. Surakarta: STSI dan The Ford Foundation. 1990.

Rustopo, T. Slamet Suparno, Waridi. Seri Sejarah Karawitan I. Kehidupan Karawitan Pada Masa Pemerintahan Paku Buwana X, Mangkunagara IV, dan Informasi Oral. Surakarta: ISI Press Surakarta. 2007.

Soeratman, Darsiti. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Yogjakarta: Taman Siswa, 1989.

Sumarsam. Gamelan Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Supanggah, Rahayu. Bothékan Karawitan II: GARAP. Surakarta: ISI Press Surakarta. 2007.

Waridi. Karawitan Jawa Masa Pemerintahan PB X: perspektif Historis dan Teoritis. Surakarta: ISI Press Surakarta. 2006

Downloads

Published

2019-03-26

Issue

Section

Articles